Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit atau CPO berhasil menembus 3.100 ringgit per ton atau level tertinggi sejak Juli 2012 akibat ekspektasi penurunan produksi dan pelemahan ringgit.
Pada penutupan perdagangan Selasa (29/11), harga CPO kontrak Februari 2017 naik 59 poin atau 1,92% menuju 3.135 ringgit (US$705,44) per ton. Harga menunjukkan kenaikan 26% sepanjang tahun berjalan dan menjadi posisi tertinggi sejak Juli 2012.
David Ng, derivatives specialist Phillip Futures, mengatakan harapan penurunan produksi minyak kelapa sawit dan pelemahan ringgit mendukung reli harga CPO. Survei CIMB Futures dari 25 area perkebunan memprediksi produksi sawit mentah turun 3,5% secara bulan (month on month/mom) menuju 1,62 juta ton.
Sepanjang November, ringgit sudah terkoreksi 6,5%. Adapun hari ini ringgit melemah 0,11% menuju 4,45 per dolar AS.
JP Morgan dalam publikasi risetnya menyampaikan, dalam waktu dekat harga CPO berhasil menembus level 3.000 ringgit per ton akibat dukungan dari lonjakan harga kedelai dan pelemahan ringgit.
Kedelai sebagai komoditas substitusi CPO berhasil menanjak karena peningkatan penggunaan bahan bakar nabati di AS untuk 2017, sehingga menaikkan proyeksi permintaan.
Morgan mempertahankan pandangan harga CPO akan terus melaju sampai kuartal I/2017. Faktor utama yang mendukung adalah rendahnya persediaan minyak nabati global dan musim produksi kelapa sawit yang masih sedikit.