Bisnis.com, JAKARTA - Indeks bursa Wall Street cenderung stagnan di kisaran level terendah dua pekan setelah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat.
Indeks Dow Jones turun 0,11% atau 21,41 poin ke level 19.170,42 pada penutupan perdagangan Jumat (2/1/2/2016), sedangkan indeks S&P 500 naik 0,04% atau 0,87 poin ke level 2.191,95.
Sinyal yang rancu dari data tenaga kerja November di Amerika Serikat membuat pelaku pasar tidak memiliki amunisi baru dalam menentukan posisi menjelang penentuan kebijakan bank sentral AS.
Tingkat penyerapan tenaga kerja adalah salah satu faktor penentu kebijakan The Fed yang pada Desember diduga akan menaikkan tingkat suku bunga. Saat ini keyakinan pelaku pasar atas kenaikan Fed Fund Rate mencapai 100%, naik dari posisi 68% pada awal November.
Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan ekonomi AS mempekerjakan tambahan 178.000 orang sepanjang November, naik dari 142.000 orang yang dipekerjakan selama Oktober. Tingkat serapan tenaga kerja tersebut mempertahankan tingkat pengangguran AS di level 4,9%, titik terendah dalam delapan tahun terakhir.
Namun, data tingkat upah menunjukkan perkembangan negatif. Data rata-rata pendapatan per jam turun 0,1% pada November menjadi US$25,89, penurunan pertama sejak Desember 2014.
Pergerakan yang cenderung stagnan di awal Desember mengakhiri reli yang berlangsung di bursa New York pasca-pemilu AS.
Bill Gross dari Janus Global Unconstrained Bond Fund mengatakan optimisme pasar atas stimulus fiskal Presiden Terpilih Donald Trump menyesatkan karena kebijakan tersebut hanya akan berdampak sementara. Jeffry Gundlach dari DoubleLine Capital meminta investor berhati-hati atas reli di Wall Street karena harga saham sudah mencapai puncak.