Bisnis.com, JAKARTA- Meredanya kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serkat setelah terjadi lonjakan selama sepekan, menyokong penguatan bursa saham di Asia dan menekan laju indeks dolar AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS telah bergerak positif selama seminggu, setelah secara mengejutkan Donald Trump berhasil memenangkan pilpres AS dan menjadi presiden terpilih menggantikan barack Obama.
Harga obligasi AS mulai melambat untuk tenor 10 tahun. Yield tertekan ke angka 2,203% pada pk. 10.25 WIB. Setelah di tengah perdagangan kemarin, imbal hasil masih bertengger di angka 2,707%.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang pada pk. 10.25 WIB melemah 0,13% ke level 100,28.
Indeks dolar telah melonjak sejak Trump terpilih sebagai presiden pekan lalu, karena investor menilai prospek peningkatan suku bunga AS akan terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Mengingat Trump memiliki rencana kebijakan fiskal ekspansif yang akan mengencangkan laju inflasi.
"Langkah Trump memepengaruhi investasi pendapatan tetap. Ini mungkin tidak mengejutkan, jika kemudian bahwa pasar mulai mengambil nafas. Harga di investasi pendapatan menunjukkan pasar telah bergerak cukup untuk saat ini, yang menimbulkan kemungkinan dolar memasuki periode konsolidasi," tulis Sharon Zollner, Ekonom Senior ANZ seperti dikutip Reuters, Kamis (17/11/2016).