Bisnis.com, JAKARTA--Di tengah volatilitas indeks harga saham gabungan (IHSG) akibat Trump Effect, investor reksa dana disarankan untuk mengambil posisi wait and see.
Dalam riset yang terbit Selasa (15/11), Tim riset CIMB-Principal Asset Management memaparkan posisi wait and see sebaiknya dipertahankan investor sampai ada kejelasan terkait kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh Trump setelah resmi menjadi Presiden ke-45 AS.
Indikator yang perlu dicermati, antara lain pergerakan US 10 year Treasury yield, dolar index, dan arus dana asing di pasar saham dan obligasi.
Dalam dua hari terakhir, IHSG telah terkoreksi sebesar 6,5%. Secara valuasi, IHSG berada di level yang sama terhadap rerata dalam enam tahun terakhir, yakni 15,0 kali. Angka ini turun dari level tertinggi tahun ini di 16,9 kali.
Hal tersebut merupakan kejutan negatif untuk investor. Sektor infrastruktur turun sebesar -8,7%, diikuti oleh keuangan -8,4%. Di sisi lain, sektor yang menguat adalah pertanian yang naik 1,6% dan diikuti oleh tambang sebesar 0,6%.
Untuk itu, strategi reksa dana saham yang dikelola oleh CIMB Principal mengarah pada posisi defensif dan menjaga posisi kas di level 15% hingga 20% untuk mengantisipasi penurunan IHSG.
"Kami mengurangi posisi pada sektor-sektor yang sensitif terhadap pelemahan mata uang rupiah, seperti sektor properti dan perbankan. Kami juga melakukan akumulasi pada sektor defensif, seperti sektor consumer goods dan sektor komoditas," tulis tim riset CIMB-Princilpal AM.
Strategi itu diharapkan dapat memitigasi risiko implikasi rencana kebijakan Trump terhadap dunia investasi. Tiga risiko tersebut, yakni risiko terjadinya rotasi investasi yang signifikan baik secara asset classes maupun rotasi sektoral dalam investasi pasar saham.
Kedua, ekspektasi meningkatnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, secara signifikan meningkatkan yield obligasi tenor panjang AS dan penguatan dolar AS, terutama terhadap mata uang negara berkembang.
Ketiga, kekhawatiran akan keluarnya hot money dari pasar saham dan obligasi di tengah ketidakpastian ekonomi dan pelemahan mata uang rupiah.