Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Tertekan, CIMB-Principal Sarankan Investor Wait and See

Di tengah volatilitas indeks harga saham gabungan (IHSG) akibat Trump Effect, investor reksa dana disarankan untuk mengambil posisi wait and see.
Pengunjung mengamati pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di salah satu kantor sekuritas di Jakarta, Senin (18/04)./JIBI-Endang Muchtar
Pengunjung mengamati pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di salah satu kantor sekuritas di Jakarta, Senin (18/04)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA--Di tengah volatilitas indeks harga saham gabungan (IHSG) akibat Trump Effect, investor reksa dana disarankan untuk mengambil posisi wait and see.

Dalam riset yang terbit Selasa (15/11), Tim riset CIMB-Principal Asset Management memaparkan posisi wait and see sebaiknya dipertahankan investor sampai ada kejelasan terkait kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh Trump setelah resmi menjadi Presiden ke-45 AS.

Indikator yang perlu dicermati, antara lain pergerakan US 10 year Treasury yield, dolar index, dan arus dana asing di pasar saham dan obligasi.

Dalam dua hari terakhir, IHSG telah terkoreksi sebesar 6,5%. Secara valuasi, IHSG berada di level yang sama terhadap rerata dalam enam tahun terakhir, yakni 15,0 kali. Angka ini turun dari level tertinggi tahun ini di 16,9 kali.

Hal tersebut merupakan kejutan negatif untuk investor. Sektor infrastruktur turun sebesar -8,7%, diikuti oleh keuangan -8,4%. Di sisi lain, sektor yang menguat adalah pertanian yang naik 1,6% dan diikuti oleh tambang sebesar 0,6%.

Untuk itu, strategi reksa dana saham yang dikelola oleh CIMB Principal mengarah pada posisi defensif dan menjaga posisi kas di level 15% hingga 20% untuk mengantisipasi penurunan IHSG.

"Kami mengurangi posisi pada sektor-sektor yang sensitif terhadap pelemahan mata uang rupiah, seperti sektor properti dan perbankan. Kami juga melakukan akumulasi pada sektor defensif, seperti sektor consumer goods dan sektor komoditas," tulis tim riset CIMB-Princilpal AM.

Strategi itu diharapkan dapat memitigasi risiko implikasi rencana kebijakan Trump terhadap dunia investasi. Tiga risiko tersebut, yakni risiko terjadinya rotasi investasi yang signifikan baik secara asset classes maupun rotasi sektoral dalam investasi pasar saham.

Kedua, ekspektasi meningkatnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, secara signifikan meningkatkan yield obligasi tenor panjang AS dan penguatan dolar AS, terutama terhadap mata uang negara berkembang.

Ketiga, kekhawatiran akan keluarnya hot money dari pasar saham dan obligasi di tengah ketidakpastian ekonomi dan pelemahan mata uang rupiah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper