Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak sawit mentah siang ini di Bursa Malaysia melemah, setelah kemarin mencetak level tertinggi baru dalam lima tahun perdagangan terakhir.
Nampaknya sentimen cuaca tidak mampu mengangkat CPO ke zona hijau, di saat perhitungan pilpres AS berlangsung, dan untuk sementara Donald Trump unggul atas rivalnya Hillary Clinton dalam perolehan suara.
Crude palm oil (CPO) konrak Januari 2016, dari data Bloomberg, pada Rabu (9/11/2016), pk. 11:29 WIB melemah 0,60% ke 2.826 ringgit/metrik ton.
Sebelumnya harga komoditas minyak kelapa sawit diperkirakan bakal terus meningkat pada bulan ini, seiring dengan menguatnya faktor fundamental.
Harga CPO dikemukakan berpeluang mencapai 2.900 ringgit per ton
Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, mengatakan ada sejumlah faktor yang menguatkan. Dari sisi fundamental, produksi sedang mengalami hambatan akibat jumlah curah hujan yang tinggi di wilayah Asia Tenggara. Puncak musim hujan diperkirakan bakal terjadi pada Desember 2016 -- Januari 2017 (Bisnis Indonesia, 9 November 2016).
Rubber Authority of Thailand menyatakan hujan yang membasahi sekitar 60% wilayah selatan telah menghambat produksi karet. Sentimen ini mendukung harga untuk naik.
Dari sisi permintaan, perekonomian China, India, AS, dan negara-negara Eropa menunjukkan perbaikan yang mengindikasikan tumbuhnya konsumsi. Bahan baku karet terutama digunakan dalam industri otomotif untuk ban.
Pergerakan harga CPO*
Tanggal | Ringgit/metrik ton |
9 November (Pk. 11:29 WIB) | 2.826 (-0,60%) |
8 November | 2.843 (+1,94%) |
7 November | 2.789 (+1,94%) |
*Kontrak Januari 2016
Sumber: Bloomberg, 2015