Bisnis.com, JAKARTA- Recapital Securities mengemukakan aksi sejumlah saham mendapat perhatian pasar pada perdagangan hari ini, Selasa (8/11/2016).
Kiswoyo, Analis Recapital Securities dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (8/11/2016), mengemukakan aksi saham tersebut adalah:
- UNTR bidik PLTU senilai US$1,8 milliar
PT United Tractors Tbk (UNTR) tengah mengikuti tiga tender pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas sekitar 900 megawatt (MW). Total nilai proyek PLTU di Bangka, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan tersebut diperkirakan sekitar US$1,8 milliar. Menurut, Iwan Hadiantoro, selaku Direktur Keuangan Perseroan, mengatakan Perseroan tengah mengikuti tender PLTU berkapasitas 300 MW pada masing-masing lokasi. Kemudian, Perseroan menggandeng perusahaan China untuk membentuk konsorsium dalam salah satu tender tersebut. Perseroan berharap dapat memiliki saham sekitar 20% hingga 50% pada konsorsium (Investordaily,LM).
Komentar LK:
Rencana mengikuti tiga tender pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas sekitar 900 megawatt (MW) dan memiliki nilai proyek sekitar USD 1,8 milliar akan memberikan dampak positif bagi UNTR. Hal ini akan menambah kapasitas pembangkit listrik perseroan serta akan meningkatkan pendapatan diluar bisnis batu bara perseroan di kemudian hari. Saat ini kontribusi pendapatan dari bisnis listrik belum berdampak signifikan. Pendapatan diluar bisnis batu bara termasuk bisnis infrastruktur hanya berkontribusi sebesar 15% terhadap pendapatan konsolidasi dan untuk kedepannya perseroan menargetkan bisnis diluar batu bara dapat berkontribusi menjadi 40% terhadap pendapatan konsolidasi perseroan. Selain membidik tiga tender PLTU, saat ini perseroan juga tengah mefinalisasi pinjaman senilai US$ 3,2 milliar untuk mendanai pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Tanjung Jati 5 dan 6 berkapasitas 2x1000 MW yang senilai USD 4 milliar. Seperti diketahui, pendanaan PLTU akan dikucurkan oleh delapan bank. The Japan Bank for International Corporation (JBIC) berkomitmen memberikan 50% dari total pinjaman, sisanya akan di bagi oleh lima bank Jepang dan dua bank asal Prancis. Perseroan memiliki 25% saham dalam proyek PLTU Tanjung Jati 5 dan 6. Sementara Sumitomo Corp memiliki 50% saham dan Kansai Electric sebesar 25% saham.
- Pabrik hilir SIMP rampung awal 2018
PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) terus memperkuat posisi di bisnis hilir (downstream) sektor komoditas. SIMP ini bakal menyelesaikan pabrik pengolahan CPO di Surabaya, Jawa Timur. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 1.000 metrik ton (mt) per hari. Nanti, SIMP akan menggunakan pabrik ini untuk mengolah minyak sawit menjadi produk margarin dan minyak goreng. Penyelesaiannya diperkirakan akan tercapai pada kuartal satu 2018 mendatang. Produk turunan CPO ini memang memiliki nilai lebih atau value added ketimbang produk CPO. Sehingga, hal ini mampu menetralisir sentimen negatif fluktuasi harga komoditas minyak sawit mentah. Beda dengan CPO yang mengikuti harga pasar, harga produk turunan CPO bisa ditentukan oleh perusahaan. SIMP juga akan menyelesaikan tiga pabrik kelapa sawit (PKS). Dua di antaranya terletak di Kalimantan dengan kapasitas produksi masing-masing 45 ton per jam. Pabrik yang satu akan tuntas pada kuartal II-2017, dan satu pabrik lainnya ditargetkan bisa selesai pada 2018. Selain itu, SIMP juga akan menyelesaikan pabrik serupa di Sumatra Selatan dengan kapasitas 30 ton per jam. Peningkatan bisnis hilir ini menjadi penopang kinerja SIMP. SIMP hanya mencatat kenaikan penjualan 2% menjadi Rp 10,27 triliun pada periode sembilan bulanan tahun ini jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, laba bersih SIMP tertolong oleh divisi minyak dan lemak nabati. Karena divisi ini, laba bersih SIMP melesat hingga 296,95% menjadi Rp 295,21 miliar. Penjualan segmen minyak dan lemak nabati mencapai Rp 7,12 triliun. Angka ini naik 14%. Porsi pendapatan dari segmen minyak dan lemak nabati naik dari 62,03% per September 2015 menjadi 68,93% dari total pendapatan pada akhir kuartal tiga 2016. Sedangkan pendapatan segmen perkebunan dari hasil penjualan kepada pelanggan eksternal justru turun 16,49%, setelah cenderung stagnan dalam dua tahun belakangan. Pendapatan segmen perkebunan SIMP dalam sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp3,19 triliun.
Komentar LK :
Pembangunan pabrik CPO yang baru ini akan mengimbangi kenaikan produksi buah tandan segar dari perkebunan SIMP sehingga diharapkan bisa menaikan produksi yang akan berimbas kepada kenaikan penjualan dan kenaikan net profit bagi SIMP ke depannya.
- WIKA akan raih Rp6,1 triliun dari rights issue
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan memperoleh dana sekitar Rp6,14 triliun dari penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak 2,80 miliar saham baru atau maksimal 31,45% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue. Setiap pemegang 80.000 saham lama berhak memperoleh sebanyak 36.697 HMETD, dimana setiap satu HMETD berhak membeli satu saham baru seharga Rp2.180 per saham. Bahana Securities, Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer). Aksi korporasi ini telah mendapat persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB pada 22 Agustus lalu. Periode perdagangan HMETD akan dilaksanakan pada 17—23 November 2016. Dana rights issue akan digunakan untuk merealisasikan proyek—proyek infrastruktur strategis yang menjadi prioritas pemerintah antara lain Pembangunan Jalan Tol Soreang—Pasir Koja, jalan tol Manado—Bitung, jalan tol Balikpapan—Samarinda, PLTU Banten 2x1.000 MW, PLTU Aceh 2x200 MW, Water Treatment Plant (WTP) Jatiluhur 5.000 1/detik dan pembangunan Kawasan Industri Kuala Tanjung. (Investor Daily/DH)
Komentar LK :
Rights issue merupakan hal yang positif bagi WIKA. Aksi korporasi ini akan memberikan dana segar yang nantinya bisa digunakan untuk membiayai ekspansi usahanya. Selain mendapat dana segar, rights issue tersebut berpotensi menaikkan likuiditas perdagangan sahamnya karena jumlah saham beredarnya akan meningkat dari saat ini sebanyak 6,15 miliar saham. Struktur modalnya juga akan semakin kuat. Hingga kuartal III/2016, perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 9,34 triliun, naik sekitar 15,4% yoy. Naiknya pendapatan menopang pertumbuhan laba bersih tahun berjalan sebesar 11,8% yoy menjadi Rp 470,79 miliar. Selain dari kenaikan pendapatan, naiknya laba bersih juga didukung oleh kenaikan laba pada ventura bersama dari sebesar Rp 177,95 miliar menjadi Rp180,13 miliar dan perolehan pendapatan lain—lain sebesar Rp 45,41 miliar dari sebelumnya beban lain—lain Rp 46,94 miliar.
- NIPS berhasil cetak untung Rp28 miliar di kuartal III/2016
Kinerja PT Nipress Tbk (NIPS) cukup memuaskan di kuartal III tahun 2016. Ini terlihat dari penjualan aki kendaraan mengalami peningkatan. Sehingga laba bersih pun ikut terdongkrak. Produsen aki motor dan mobil ini mencatatkan kenaikan penjualan 2% menjadi Rp761 miliar dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp747 miliar. Peningkatan penjualan ini dirasakan dari lini produk aki mobil dan motor. Penjualan aki mobil naik 8,3% menjadi Rp 416 miliar di kuartal III tahun 2016 yoy dan penjualan aki motor naik 17 % menjadi Rp 102 miliar yoy. Begitu pula dengan penjualan lithium meningkat 13 kali lipat, menjadi Rp 2 miliar dari Rp 142 juta. Namun penjualan aki industri turun 13% menjadi Rp240 miliar dari Rp275 miliar yoy. Dengan peningkatan penjualan, perusahaan ini mampu mencatat laba Rp 28,5 miliar dari periode sama tahun lalu yang masih mencetak rugi Rp3,9 miliar. Peningkatan laba juga ditunjang keuntungan dari selisih kurs sebesar Rp 12,4 miliar. Namun NIPS juga memiliki utang yang akan jatuh tempo dari waktu satu tahun dari pinjaman bank sebesar Rp23 miliar dan sewa pembiayaan sebesar Rp12,8 miliar. Sebagai informasi, berdasarkan segmen geografis pasar aki NIPS tak hanya berasal dari Indonesia, namun juga ekspor ke Asia, Afrika, timur tengah, Amerika dan Eropa yang juga mengalami peningkatan penjualan.
Komentar LK :
Kinerja NIPS yang cenderung stabil karena masih survive nya bisnis aki. Karena produksi aki NIPS juga di jual ke luar negeri serta memproduksi aki untuk banyak sektor, seperti sektor telekomunikasi, dll. Sehingga bisnis NIPS akan tahan terhadap pelemahan di beberapa sektor karena penjualannya menyebar ke banyak sektor.