Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terus Meroket, Ini Proyeksi IHSG Akhir 2016

Pelaku pasar memproyeksikan Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level tertinggi sepanjang masa pada akhir 2016 setelah terus meroket sejak awal tahun ini.
Karyawati berdiri didekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Senin (15/8)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawati berdiri didekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Senin (15/8)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku pasar memproyeksikan Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level tertinggi sepanjang masa pada akhir 2016 setelah terus meroket sejak awal tahun ini.

Investor tengah berancang-ancang melakukan window dressing akhir tahun dan diproyeksi membuat Indeks harga saham gabungan menembus level tertinggi sepanjang sejarah.

Aksi window dressing menjadi fenomena di lantai bursa dengan ciri harga saham mengalami peningkatan menjelang tutup tahun. Kondisi itu dimanfaatkan oleh investor untuk menangguk keuntungan dari portofolio yang dimiliki.

Tak ketinggalan, manager investasi yang mengelola dana besar, baik lokal maupun asing, melakukan rebalancing portofolio efek, demi mempercantik kinerja transaksi pada akhir periode.

Analis PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan memerkirakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) akhir tahun ini akan menyentuh level 5.500-5.600, tertinggi sepanjang sejarah yang terjadi pada April 2015 di level 5.523.

"Saham-saham perbankan akan diburu setelah beberapa waktu lalu sempat terkoreksi," katanya saat berbincang dengan Bisnis.com, Selasa (25/10/2016).

Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (28/10/2016), Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak negatif seiring merahnya mayoritas bursa regional Asia Tenggara. IHSG ditutup terkoreksi 0,12% sebesar 6,57 poin ke level 5.410,27. Namun, dalam sepekan IHSG masih positif dengan penguatan 0,02% sebesar 1,02 poin.

IHSG masih menjadi bursa dengan penguatan tertinggi di antara pasar modal utama dunia sebesar 17,79% year-to-date. Namun, investor asing mencatatkan aksi jual bersih pekan ini senilai Rp633,53 miliar dan mengikis torehan net buy sepanjang tahun berjalan menjadi Rp32,31 triliun.

Menurut dia, aksi window dressing akan semakin signifikan saat IHSG kurang bergairah. Tahun ini, aksi window dressing diproyeksi tidak terlalu kencang lantaran penguatan IHSG telah melaju tertinggi di antara bursa utama dunia.

Sektor-sektor yang biasanya menjadi buruan aksi window dressing telah melaju lebih dulu. Seperti consumer goods, konstruksi, hingga sektor pertambangan yang selama ini paling jeblok.

Dia memproyeksi penguatan IHSG akhir tahun disokong oleh aksi window dressing, realisasi amnesti pajak tahap II, dan penyematan peringkat investment grade bagi Indonesia dari Standard and Poor's. "Ketiga hal itu yang bikin IHSG naik."

Meski begitu, rencana bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve untuk menaikkan Fed Fund Rate (FFR) pada akhir tahun akan direspons sementara oleh pelaku pasar. Rentang penaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps masih cukup lebar dengan BI Rate.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo terkait aksi window dressing. IHSG diproyeksi menyentuh level 5.600-5.750 pada akhir tahun ini.

Target IHSG akhir tahun akan mencapai all time high. Sentimen terkuat bakal datang dari kinerja keuangan emiten pada kuartal III/2016, terutama perusahaan berkapitalisasi pasar raksasa.

"Kalau big cap tidak ada masalah, sepertinya IHSG akan reli mulai November. Kalau misalnya ada masalah, November 1-2 pekan akan terkoreksi, setelah itu akan naik sampai akhir tahun," tuturnya secara terpisah.

Setali tiga uang, analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya, juga memproyeksi IHSG bakal menembus level tertinggi sepanjang masa seiring adanya aksi window dressing. IHSG diprediksi bakal ditutup lebih tinggi dari 5.524 pada akhir 2016.

Alasannya, antusiasme investor domestik dan asing berbeda ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Ketenangan pelaku pasar terbilang lebih baik seiring stabilnya kondisi perekonomian domestik.

"Tanpa ada intervensi besar, nilai tukar rupiah sangat kuat. Bahkan, sekarang cadangan devisa  menjadi tertinggi lebih dari 4 tahun terakhir," paparnya.

Rencana penaikkan suku bunga The Fed diprediksi tidak bakal berpengaruh besar bagi lantai bursa Indonesia. Pelaku pasar sudah terbiasa dengan sentimen suku bunga The Fed.

Berkebalikan, analis PT Recapital Securities Kiswoyo Adi Joe, memprediksi IHSG akhir tahun ini tidak akan menembus level tertinggi sepanjang waktu. Target IHSG Recapital berada pada rentang 5.100-5.500 di akhir tahun ini.

"Enggak tembus all time high, karena kalau kita lihat, tahun ini seperti 2014," kata dia.

Kondisi pasar modal diperkirakan akan sideways hingga akhir tahun ini. Pergerakan IHSG tidak akan banyak berubah menembus level all time high maupun terkoreksi hingga di bawah 5.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper