Bisnis.com, JAKARTA—Persediaan tembaga di China sampai akhir Oktober semakin berkurang dan memberikan sentimen positif terhadap harga.
Meskipun demikian, masalah surplus suplai masih membayangi pasar sehingga tren peningkatan harga tidak akan bertahan lama.
Pada perdagangan Kamis (27/10) pukul 17:22 WIB harga tembaga di bursa Comex untuk kontrak Desember 2016 naik 0,85 poin atau 0,4% menjadi US$215,4 per pon.
Adapun harga tembaga di London Metal Exchange (LME) meningkat 5 poin atau 0,11% menuju US$4.740 per ton pada penutupan perdagangan Rabu (26/10).
Standard Chartered Bank dalam publikasi risetnya menyampaikan, pasar tembaga di China tampak lebih ketat pada kuartal IV/2016. Pada akhir Oktober ini, stok di Shanghai Future Exchange (SHFE) jatuh ke level terendah dalam 12 bulan terakhir, yakni 600.000 ton.
Sebelumnya persediaan sempat mencapai puncak tertinggi 2016 pada Maret sejumlah 950.000 ton. Sentimen ini memberikan dukungan positif terhadap harga.
Akan tetapi, penyerapan impor tembaga olahan di Negeri Panda pada kuartal III/2016 sebesar 189.000 bakal meningkat menjadi 250.000 – 300.000 ton pada triwulan terakhir. Pasalnya, tingkat impor pada kuartal III merupakan level terendah sejak awal 2013.
Menurut Standard Chartered, tren pengetatan pasar tembaga di China tidak menjadikan harga mengalami tren bullish. Setidaknya ada tiga alasan yang mendasarinya.
Pertama, posisi investor tembaga saat ini mayoritas bersikap netral, bahkan sedikit mengarah ke investasi jangka pendek. Ini menjadi alasan kekuatan harga tidak bertahan lama.
Kedua, prospek pasokan secara fundamental. Pada kuartal I/2017 surplus tembaga olahan di pasar global dapat mencapai 270.000 ton, karena proses penyetokan kembali sudah dimulai sejak kuartal IV/2016.
Ketiga, pasar konsentrat juga dilanda surplus dan memicu pertumbuhan pasokan tembaga olahan di China ke level tertinggi dalam dua tahun. Sampai pasar diperketat kembali, yang diperkirakan mulai pertengahan 2017, harga masih sulit meningkat signifikan.
“Dalam kondisi seperti ini, harga tembaga cenderung mengalami stagnasi dibandingkan untuk mendaki,” papar riset yang dikutip Bisnis.com, Kamis (27/10/2016).
Standard Chartered memprediksi pada kuartal IV/2016 harga bisa mencapai rerata US$5.150 per ton. Adapun rerata harga sepanjang 2016 ialah US$4.850 per ton.
Dalam waktu dekat, harga tembaga tertekan oleh menurunnya laba industri. Biro Statistik Nasional setempat memaparkan laba industri pada September hanya naik 7,7% secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini jauh di bawah pencapaian laba pada Agustus sebesar 19,5% yoy.