Bisnis.com, JAKARTA - Harga yen meningkat seiring dengan melemahnya dolar Amerika Serikat. Akan tetapi, mata uang yang menjadi salah satu aset lindung nilai ini akan tergerus akibat ekspektasi pengerekan suku bunga the Federal Reserve pada tahun ini.
Pada perdagangan Senin (17/10/2016) pukul 18:45 WIB mata uang yen naik 0,08 poin atau 0,08% menuju ke 104,09 per dolar AS. Dalam waktu yang sama, indeks dolar AS terkoreksi 0,05% menjadi 97,97.
Mata uang yen mengalami penurunan sekitar 3% dalam tiga minggu terakhir akibat rencana Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda menambah pembelian obligasi. Bank sentral bersama pemerintah bakal mendorong stimulus untuk menahan penguatan yen.
Elias Haddad, Senior Currency Strategist at Commonwealth Bank of Australia, mengatakan pandangan bullish terhadap pasangan mata uang US$-JPY sudah berbalik.
Pelonggaran fiskal oleh pemerintah Jepang dan rebound harga komoditas dari posisi terbawahnya akan mempersempit surplus neraca perdagangan. "Faktor-faktor ini akan melemahkan yen," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (17/10/2016).
Menanjaknya harga minyak mentah juga berdampak negatif terhadap mata uang Jepang sebagai negara importir. Harga minyak meningkat setelah OPEC setuju memangkas produksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir.
Lee Hardman, Foreign-Exchange Strategist Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd., menuturkan harga minyak mentah yang tinggi akan melemahkan perdagangan Negeri Sakura. Namun, hal teersebut dapat memicu inflasi sesuai dengan harapan pemerintah dan bank sentral.
Reli yen berimbas mengurangi biaya impor Negeri Sakura sekaligus membuat ekspor kurang kompetitif. Selain itu, target inflasi 2% dari BoJ semakin jauh panggang dari api, sehingga pemerintah dan bank sentral sepakat untuk melakukan intervensi melalui stimulus.
Dukasopy dalam publikasi risetnya, Senin (17/10), memaparkan dolar AS berhasil mengungguli yen sehingga nilai tukar kembali di atas level 104 per dolar AS. Dalam waktu dekat, harga akan meningkat menjadi 105 per dolar AS.
"Tren dominasi dolar terhadap yen sudah terjadi dalam tiga minggu berturut-turut. Tidak ada cara memecahkan tren ini. Untuk kembali di bawah level 104 kini tampak meragukan," tulisnya.