Bisnis.com, JAKARTA - Peluang Indonesia mendapatkan peringkat investment grade dari Standard & Poor’s sangat besar.
Analis PT Recapital Securities Kiswoyo Adi Joe, mengatakan peluang Indonesia mengantongi peringkat investment grade dari S&P sangat besar setelah Sri Mulyani masuk kabinet.
Penyematan investment grade akan menambah sentimen positif bagi lantai bursa di tengah menunggu kinerja keuangan emiten kuartal III/2016.
"Paling banter IHSG di level 5.500-5.600. Investment grade akan membuat investor asing masuk ke obligasi dan saham," katanya kepada Bisnis.com, Rabu (12/10/2016).
Pada perdagangan Rabu (12/10/2016), IHSG ditutup terkoreksi 0,32% sebesar 17,38 poin ke level 5.364,61 dengan kapitalisasi pasar Rp5.801 triliun. IHSG masih menempati posisi jawara penguatan tertinggi sepanjang tahun berjalan 16,8% di antara bursa utama dunia.
Investor asing mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp963 miliar dengan total transaksi sejak awal tahun sebesar Rp526,9 triliun. Aksi net sell itu membuat capaian net buy sepanjang tahun berjalan menipis menjadi Rp34,69 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap lembaga pemeringkat S&P dapat menaikkan rating utang Indonesia ke level investment grade. Pasalnya, pemerintah telah melakukan perbaikan dalam struktur APBN agar lebih sehat.
Harapan Menkeu diuraikan pascapertemuan dengan tiga lembaga pemeringkat S&P, Fitch, dan Moody's di sela-sela pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) di Amerika Serikat pada 4-9 Oktober 2016.
Menkeu menjelaskan kepada tiga lembaga pemeringkat itu terkait langkah terakhir pemerintah di bidang APBN, baik dari sisi antisipasi tahun ini, pembahasan APBN 2017, dan implementasi Undang-Undang Pengampunan Pajak atau tax amnesty.
Pada akhir Juni 2016, S&P mempertahankan peringkat utang Indonesia satu notch di bawah investment grade, lantaran kinerja instrumen fiskal APBN belum membaik. Sedangkan, Fitch dan Moody's telah menyematkan investment grade sejak 2011.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengaku sedih karena Indonesia gagal mendapat peringkat investment grade (BBB+) dari S&P. Hal itu diungkapkan Tito sesaat setelah lembaga pemeringkat itu mengumumkan penyematan rating Indonesia Juni lalu.
Pada Rabu (12/10/2016), Tito mengungkapkan telah bertemu dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno. Pertemuan itu membahas rencana penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) anak perusahaan pelat merah.
"Hasil tax amnesty ini kalau BUMN enggak ambil, akan diambil swasta. Anak BUMN akan menjadi prioritas tahun depan, ada obligasi dari BUMN. Tahun ini minimal ada tujuh BUMN yang IPO dan obligasi," kata dia.