Bisnis.com, TOKYO – Pergerakan bursa saham Asia dilaporkan menguat pada perdagangan pagi ini, Selasa (11/10/2016), didorong oleh saham perusahaan energi di saat prospek kesepakatan untuk membatasi produksi minyak mentah serta menangkal kelebihan suplai global mampu mempertahankan harga minyak di atas US$51 per barel.
Indeks MSCI Asia Pacific naik 0.1% ke 140.70 pada pukul 09.06 pagi waktu Tokyo (07.06 WIB) dan kemudian naik kurang dari 0,1% pada pukul 09.28 pagi waktu Tokyo. Adapun, minyak WTI kontrak November ditutup menguat 3,1% atau US$1,54 ke US$51,35 per barel, penutupan tertinggi sejak 15 Juli 2015.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini, optimisme atas kesepakatan untuk mengatasi surplus global dalam minyak mentah telah mendorong sentimen di pasar, meski terdapat kecemasan investor atas ketidakpastian dalam hal pemilihan presiden AS serta potensi kenaikan suku bunga oleh The Fed menjelang akhir tahun ini.
Para menteri dari sejumlah negara penghasil minyak terbesar di dunia berkumpul di Turki untuk membahas cara menangani kelebihan suplai, setelah pada pertemuan bulan lalu setuju untuk membekukan produksi.
Rusia mengisyaratkan siap bergabung dengan upaya OPEC untuk menstabilkan pasar, sementara Menteri Energi Arab Saudi menyatakan optimismenya bahwa para produsen akan mampu mewujudkan kesepakatan.
“Fakta bahwa Rusia telah menunjukkan kesediaan bekerja sama dengan OPEC adalah pendorong bagi harga minyak ke depannya. Dalam jangka pendek, itu positif untuk saham perusahaan minyak dan pertambangan, serta juga meningkatkan sentimen pasar,” ujar Toshihiko Matsuno, ahli strategi senior SMBC Friend Securities Co.
Sejalan dengan pergerakan bursa Asia, indeks Topix dilaporkan menguat 0,6%, sementara indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,3% dan indeks S&P/NZX 50 New Zealand naik 0,5%.