Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang batu bara milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk., mencatatkan penurunan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 96,3% year-on-year menjadi Rp270 miliar.
Direktur & Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava mengatakan hingga 30 Juni 2016, rugi bersih BUMI yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai US$20,8 juta, menipis 96,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya US$562,54 juta.
"Karena standar akuntansi baru, kami tidak mengkonsolidasikan PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia dalam laporan keuangan sejak 1 Januari 2015, tetapi ekuitas akun mereka termasuk di dalamnya," katanya kepada Bisnis.com, Minggu (9/10/2016).
Pendapatan BUMI merosot 40,45% menjadi US$12,77 juta pada semester I/2016 dari periode yang sama tahun sebelumnya US$21,49 juta. Perseroan tidak mencatatkan beban pokok pendapatan, sehingga laba kotor hanya terkoreksi 35,8% dari US$19,89 juta.
Beban usaha tercatat membengkak 7,9% menjadi US$14,54 juta dari US$13,47 juta. Akhirnya, BUMI menderita rugi usaha senilai US$1,68 juta dari sebelumnya laba US$6,41 juta.
Pendapatan lain-lain yang dicatat BUMI pada paruh pertama tahun ini mencapai US$207,62 juta. Padahal, sebelumnya BUMI mencatat beban lain-lain senilai US$166,84 juta.
Akhirnya, beban lain-lain bersih hanya mencapai US$19,82 juta pada semester I/2016. Jumlah itu jauh menipis dari sebelumnya senilai US$592,62 juta.
"Pendapatan yang kami catatkan di laporan keuangan adalah jasa manajemen dari anak perusahaan batu bara," tuturnya.
Dari sisi operasional, Dileep mengatakan kondisi pasar batu bara pada paruh pertama tahun ini mulai menunjukkan perbaikan. Harga batu bara terbilang stabil dengan volume yang mulai menanjak meskipun terjadi cuaca buruk.
Manajemen BUMI mengklaim harga batu bara saat ini memiliki tren positif bagi kinerja perseroan sepanjang tahun ini. Aktivitas tambang batu bara BUMI pada semester I/2016 naik 1,8% menjadi 39,8 juta ton dibandingkan tahun lalu 39,1 juta ton.
Penjualan batu bara BUMI meningkat 5,1% menjadi 41,9 juta ton dibandingkan dengan 39,9 juta ton pada semester I/2015. Harga rerata jual batu bara free on board (FOB) terkoreksi 14,2% menjadi US$40 per ton dari US$46,6 per ton.
Perusahaan entitas Grup Bakrie itu mencatat penurunan cash cost sebesar 16,5% menjadi US$26,8 per ton dari US$32,1 per ton tahun lalu. Khusus bagi Arutmin, cash cost terpangkas 21% menjadi US$20,2 per ton dari US$25,6 per ton.
Adapun, cash cost KPC berkurang 15,3% menjadi US$29,7 per ton dari US$35,1 per ton. Tahun ini, manajemen BUMI menargetkan penjualan batu bara dapat mencapai 85 juta ton, naik 7,2% dari tahun lalu 79,3 juta ton.
Sementara, terkait restrukturisasi utang, manajemen BUMI berharap bakal rampung pada Oktober 2016. Proses permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) dberikan tenggat waktu hingga 22 Oktober 2016.
Per 30 Juni 2016, pinjaman jangka pendek yang akan jatuh tempo tahun ini mencapai US$220,78 juta. Pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo tahun ini mencapai US$3,6 miliar dan obligasi konversi mencapai US$374,7 juta.
Total liabilitas jangka pendek mencapai US$5,72 miliar. Sedangkan, total liabilitas BUMI mencapai US$6,54 miliar dengan defisiensi modal US$2,91 miliar.