Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GRUP BAKRIE: Nasib Utang Bumi Resources (BUMI) Dalam Hitungan Hari

Nasib PT Bumi Resources Tbk. tinggal menghitung hari. Kinerja emiten batu bara milik Grup Bakrie bersandi saham BUMI itu harus terbelenggu restrukturisasi utang yang menggunung.
PT Bumi Resources Tbk/Istimewa
PT Bumi Resources Tbk/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA--Nasib PT Bumi Resources Tbk. tinggal menghitung hari. Kinerja emiten batu bara milik Grup Bakrie bersandi saham BUMI itu harus terbelenggu restrukturisasi utang yang menggunung.

Bayangkan saja, hingga Maret 2016, nyaris seluruh utang BUMI bakal jatuh tempo tahun ini. Pinjaman jangka pendek yang harus dibayarkan tahun ini mencapai US$4,19 miliar setara dengan Rp54,47 triliun.

Liabilitas tersebut terdiri dari pinjaman jangka pendek sebesar US$220,78 juta. Pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo tahun ini mencapai US$3,6 miliar dan obligasi konversi US$374,7 juta.

Secara keseluruhan, total liabilitas BUMI mencapai US$6,48 miliar, naik tipis 2,8% dari akhir tahun lalu US$6,29 miliar. Sisa utang jangka panjang milik BUMI hanya mencapai US$297.281.

Direktur & Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava mengatakan tidak dapat memproyeksi kinerja perseroan pada tahun ini. BUMI masih harus bertaruh di dalam permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

"Kami menunggu hasil proses PKPU yang masih berlanjut," katanya saat berbincang dengan Bisnis.com, Rabu (5/10/2016).

Perusahaan yang dimiliki oleh mantan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie itu segera menyerahkan dan membahas revisi proposal perdamaian pada pertengahan Oktober ini. Revisi proposal dilakukan setelah perseroan mengantongi perpanjangan masa restrukturisasi utang.

Debitur telah meminta waktu tiga pekan sejak rapat kreditur terakhir untuk melakukan finalisasi revisi proposal perdamaian. Terakhir kali rapat kreditur dilakukan pada 20 September silam.

Pembahasan dan pemungutan suara bagi proposal perdamaian dapat dilakukan pada medio Oktober. Majelis hakim telah menentukan batas akhir perpanjangan PKPU hingga 22 Oktober 2016.

Sejumlah debitur meminta adanya perubahan skema pembayaran sehubungan dengan membaiknya harga komoditas batu bara‎. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak perlu diatur secara spesifik karena debitur sudah memuat skema cash waterflow.

Dalam skema tersebut, nominal pembayaran utang akan mengikuti pendapatan debitur. Jika pendapatan perusahaan meningkat, nominal pembayaran utang juga akan bertambah‎.

Posisi keuangan perseroan memang semakin membaik seiring dengan kenaikan harga batu bara. Dari Bloomberg, harga batu bara kontrak Desember 2016 di bursa Rotterdam telah melesat 70,99% sepanjang tahun berjalan ke level US$73,10 per metrik ton.

Lihat saja, BUMI berhasil meraup laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$22,47 juta pada kuartal I/2016. Perolehan itu jauh lebih baik ketimbang periode yang sama tahun lalu dengan kerugian bersih US$334,32 juta.

Meski demikian, pendapatan BUMI tampaknya masih tertekan dengan penurunan 38,9% menjadi US$6,47 juta dalam tiga bulan dari US$10,59 juta. Laporan keuangan BUMI tidak mencantumkan beban pokok pendapatan pada tahun ini, yang membuat laba kotor terkoreksi lebih tipis 29,3% menjadi US$6,47 juta.

Padahal, kerugian emiten tambang itu sempat membengkak 287,7% menjadi US$2,18 miliar setara dengan Rp28,34 triliun sepanjang periode 2015. Rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk itu lebih buruk dari periode 2014 yang mencapai US$448,4 juta setara Rp5,82 triliun.

Pendapatan BUMI pada tahun lalu juga merosot 34% menjadi US$40,5 juta dari US$61,92 juta. Laba kotor terkontraksi 27% dari US$56,21 juta menjadi US$40,5 juta.

BUMI tidak melakukan penjualan batu bara pada tahun lalu. Perseroan hanya mengandalkan pendapatan dari jasa lokal pihak ketiga, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia, dan ventura bersama dengan Bumi Resources Japan Company Limited, serta Mitsubishi Corporation RtM Japan Ltd.

Kendati demikian, Dileep menjelaskan bahwa perseroan tahun ini tetap berproduksi komoditas batu bara. Targetnya, produksi batu bara tahun ini tumbuh 4,67% mencapai 85 juta ton dari realisasi sebelumnya 81,2 juta ton.

Hingga kuartal I/2016, perseroan telah merealisasikan produksi batu bara sebanyak 20,2 juta ton. Proyeksi produksi batu hitam itu pada periode Januari-Agustus tahun ini dapat mencapai 55,2 juta ton.

Tahun ini, BUMI menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) senilai US$50 juta. BUMI tengah menyelesaikan restrukturisasi utang yang dimiliki perseroan dengan kreditor. "Kami sudah berinvestasi di dalam peningkatan infrastruktur beberapa tahun lalu," tuturnya.

Hingga 31 Maret 2016, total aset Bumi Resources mencapai US$3,61 miliar dari sebelumnya US$3,39 miliar. Defisiensi modal BUMI mencapai US$2,86 miliar dari US$2,9 miliar.

Kembali soal tunggakan, utang jangka pendek dari Credit Suisse 2012 mencapai US$143,89 juta dan dari Castleford Investment Holdings Ltd. pada 2014 mencapai US$50 juta. Sedangkan, tiga utang terbesar yang bakal jatuh tempo tahun ini a.l. dari Country Forest Limited 2009 senilai US$1,06 miliar, Obligasi senior II senilai US$700 juta, dan pinjaman China Development Bank senilai US$500 juta.

Akhirnya, manajemen BUMI hanya mampu berharap restrukturisasi utang yang kini tengah berlangsung itu dapat mengembalikan struktur permodalan menjadi positif akibat turunnya beban utang. Per akhir Maret 2016, kepemilikan saham BUMI terdiri dari Credit Suisse AG. SG. qq Longhaul Holdings Ltd. (23,15%), PT Damar Raka Energi (6,28%), dan publik (70,57%).

PT Bursa Efek Indonesia mencabut suspensi saham BUMI di pasar reguler dan tunai terhitung sejak sesi II perdagangan efek Rabu (5/10/2016). BEI memastikan pencabutan lantaran BUMI telah memenuhi penyampaian informasi dan pemenuhan atas sanksi bursa.

Manajemen BUMI baru saja merilis kinerja keuangan tahunan 2015 pada 4 Oktober 2016. Setelah suspensi dicabut, saham BUMI pun melesat.

Pada hari pertama perdagangan setelah suspensi dicabut, harga saham BUMI ditutup melonjak tajam 13,24% sebesar 9 poin ke level Rp77 per lembar saham. Harga saham BUMI mulai bangkit dari level terendah Rp50 per lembar yang terjadi sejak Juli 2015.

Kebangkitan saham BUMI dari level 'gocap' terjadi sejak 10 Juni 2016. Saham sejuta umat itu sempat menyentuh level tertinggi Rp84 per lembar pada 15 Juni 2016. Lantas, bagaimanakah kelanjutan nasib BUMI?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper