Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fundamental Moncer, Harga Timah Diprediksi Lanjutkan Penguatan

Membaiknya faktor fundamental membuat harga timah berjangka menembus level tertinggi sejak Januari 2015. Diperkirakan penguatan harga timah bakal berlanjut dalam sisa tahun 2016.
 Membaiknya faktor fundamental membuat harga timah berjangka menembus level tertinggi sejak Januari 2015/ilustrasi-Bisnis.com
Membaiknya faktor fundamental membuat harga timah berjangka menembus level tertinggi sejak Januari 2015/ilustrasi-Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA-- Membaiknya faktor fundamental membuat harga timah berjangka menembus level tertinggi sejak Januari 2015. Diperkirakan penguatan harga timah bakal berlanjut dalam sisa tahun 2016.

Pada penutupan perdagangan Selasa (6/9/2016) harga timah di bursa London Metal Exchange (LME) naik 0,28% atau 55 poin menjadi US$19.450 per ton. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga timah sudah meningkat 33,63% dan mencapai level tertinggi sejak Januari 2015.

Standard Chartered dalam publikasi risetnya memaparkan, timah menjadi logam industri dengan performa harga paling kuat pada Agustus 2016, yakni naik 6% dan mencatatkan pertumbuhan 30% sepanjang tahun berjalan. Secara keseluruhan, rerata harga logam bulan lalu terkoreksi 2% meskipun mengalami peningkatan 13% sepanjang tahun berjalan.

Ada tiga faktor yang menguatkan harga timah. Pertama, stok pasokan timah yang semakin ketat di pasar.

Persediaan d LME per akhir Agustus mencapai 3.000 ton, terendah sejak Oktober 2008. International Tin Research Institute (ITRI) melaporkan total persediaan timah global saat ini berjumlah 27.000 ton.

Kedua, isu lingkungan membuat China membatasi ekspansi smelter timah hingga 70.000 ton per tahun, atau 45% dari total kapasitas Negeri Panda, karena masih dalam periode pemeriksaan. ITRI memerkirakan empat smelter berkapasitas produksi 42.000 ton per tahun bisa menghentikan akitivitasnya dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Standard Chartered, penutupan operasi dapat mendukung kenaikan impor timah olahan di China. Diperkirakan impor timah halus berkisar 600 ton per bulan.

Faktor ketiga, ITRI menyatakan produksi timah Myanmar akan mencapai puncaknya pada 2016, yakni mendekati angka 50.000 ton per tahun. Setelah itu, angka produksi bakal terus menurun.

"Harga timah pada kuartal III/2016 diperkirakan sebesar US$19.250 per ton, dan kuartal IV/2016 senilai US$19.500 per ton," papar laporan yang dikutip Bisnis.com, Rabu (7/9/2016).

Berdasarkan data Bank Dunia, Myanmar merupakan produsen timah ketiga terbesar di dunia setelah China dan Indonesia. Pada 2014, China, Indonesia, dan Myanmar masing-masing menghasilkan 146.600, 68.400, dan 24.000 ton.

Bank Dunia memprediksi rerata harga timah 2016 senilai US$16.600 per ton, naik 3,32% dari tahun sebelumnya sebesar US$16.067 per ton. Harga meningkat seiring dengan menurunnya pengiriman dari Indonesia, sebagai eksportir terbesar di dunia.

Di Indonesia, pemerintah sedang mengetatkan izin ekspor terkait dengan penambangan ilegal dan isu lingkungan. Adapun di sisi lain, stok timah di LME berada di level rendah dan permintaan masih cukup kuat dari industri elektronik.

Pengiriman dari Myanmar diperkirakan dapat memenuhi defisit pasokan di pasar, meskipun tingkat suplai suplai timah dari negara tersebut belum bisa diprediksi. Oleh karena itu, pasokan baru bisa saja datang dari Brazil, Australia, dan Afrika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper