Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/9/2016) ditutup menguat 18,91 poin atau 0,35% ke level 5.353,46.
Sepanjang hari, indeks bergerak di kisaran 5.323,04 hingga 5.359,91 setelah dibuka melemah 0,21% atau 10,97 poin ke level 5.323,57 pada pagi tadi.
Dari 534 saham yang diperdagangkan, sebanyak 164 saham mengalami kenaikan, 122 saham tercatat turun, dan sebanyak 248 stagnan.
Adapun, dari sembilan sektor yang tercatat, sebanyak 8 sektor menguat, dan satu sektor melemah. Sektor properti tercatat mengalami kenaikan paling tinggi, yakni 1,34%, disusul oleh sektor aneka industri yang naik 0,93%. Kemudian, ada sektor industri dasar yang naik 0,67%. Sektor perbankan hanya naik tipis, yakni 0,04%.
Sementara itu, sektor pertambangan menjadi satu-satunya yang mengalami penurunan dengan pelemahan 0,40%.
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan indeks yang ditutup di level 5.353,46 pada perdagangan hari ini sesuai dengan prediksinya yang memperkirakan indeks akan bergerak di kisaran 5.295 – 5.355. Dia menilai, sebenarnya, IHSG sedang berada dalam trend turun jangka pendek. Hanya penutupan diatas 5.355 saja yang bisa mengakhiri trend turun yang tengah berlangsung.
“Dengan ditutup di level tersebut menandakan indeks masih bergerak flat sebenarnya, belum ada sentimen yang wah sekali untuk memengaruhi IHSG,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (2/9/2016).
Dia menjelaskan, di awal September ini, setelah Agustus kemarin yang digadang-gadang akan ada koreksi ternyata tidak terjadi, pasar terlihat masih belum bisa memutuskan, karena sentimen dari dalam dan luar negeri terlihat minim.
Data inflasi yang dipublikasikan oleh BPS kemarin, sebenarnya memiliki sentimen positif, setelah inflasi bulanan di bulan Agustus tercatat mengalami deflasi tipis, di luar perkiraan konsensus yang memperkiranan tetap akan ada inflasi sebesar 0,1%.
Akan tetapi, sentimen positif ini, sepertinya sulit tercermin pada pergerakan harga, karena pelaku pasar berharap sentimen yang lebih besar.
“Kemarin inflasi sebenarnya bagus, tapi ternyata emiten perbankan saat ini maah turun,” tambahnya.