Bisnis.com, HONG KONG – Pergerakan indeks saham pasar negara-negara berkembang dilaporkan menguat pada perdagangan siang ini, Selasa (16/8/2016), menuju rentetan penguatan terpanjang sejak April 2015 setelah minyak diperdagangkan di level tertingginya dalam satu bulan.
Di sisi lain, terdapat juga optimisme bahwa AS akan mempertahankan biaya pinjaman tetap rendah sehingga menghidupkan minat untuk aset berisiko.
Indeks saham MSCI Emerging Markets naik 0,1% ke 916,45 pada pukul 10.31 pagi waktu Hong Kong, penguatan sembilan hari berturut-turut dengan jumlah kenaikan 5,5%.
Indeks saham perusahaan China yang diperdagangkan di Hong Kong menguat ke level tertinggi tahun ini, sementara bursa saham di Indonesia dan Malaysia menguat.
Bursa saham Korea Selatan juga menguat setelah meniadakan aktivitas karena libur nasional pada perdagangan kemarin, penguatan hari kedelapan dalam rentetean kenaikan terpanjang sejak 2011.
Rebound komoditas serta perkiraan bahwa beberapa negara dengan perekonomian terbesar akan mengambil langkah untuk mendukung pertumbuhan dengan stimulus dan biaya pinjaman lebih rendah telah memacu permintaan untuk aset berimbal hasil lebih tinggi.
Menurut data Bloomberg, investor asing telah mengalirkan hampir US$6 miliar dalam perdagangan saham bulan ini di India, Indonesia, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand.
“Dana asing masih mengalir untuk emerging markets akibat likuiditas surplus pada sistem finansial global. Namun, valuasi dapat cukup meregang setelah reli baru-baru ini. Para investor harus bersiap menjual beberapa investasinya untuk ambil untung,” kata Koraphat Vorachet, ahli strategi investasi Capital Nomura Securities Pcl., seperti dilansir Bloomberg hari ini.