Bisnis.com, JAKARTA— Waterfront Securities Indonesia mengemukakan aksi sejumlah emiten menjadi perhatian pasar pada perdagangan hari ini, Jumat (5/8/2016).
Octavianus Marbun, Analis PT Waterfront Securities Indonesia dalam risetnya yang diterima hari ini, mengemukakan emiten tersebut adalah:
- Produksi CPO SSMS diperkirakan turun 15%-20%
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) menyatakan adanya potensi penurunan lanjutan pada produksi minyak sawit mentah (CPO) perseroan, akibat ketidakmampuan SSMS dalam meningkatkan kinerja yang akibat penurunan produksi di semester I/2016. Harga CPO sudah membaik dibandingkan kuartal pertama, namun belum dapat menutup biaya operasional perseroan. Perbaikan harga CPO yang beserta anomali cuaca telah memperburuk kinerja perseroan hingga akhir tahun depan. Hingga akhir tahun ini, produksi CPO perseroan akan terkoreksi lagi antara 15-20%. Saat ini rata-rata usia tanaman sawit setelah akuisisi mencapai tujuh tahun. Sebagian besar tanaman sawit baru akan memasuki puncak produksi dalam kurun tiga sampai lima tahun mendatang.
- WSKT butuh dana investasi sebesar Rp100 triliun
PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) menyatakan, tahap pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km telah mencapai 75% tahap finalisasinya. Hal tersebut dilakukan setelah sebelumnya perseroan memasang target untuk memiliki jalan tol sepanjang 1.000 km hingga tahun 2018. Hingga semester pertama tahun ini, perseroan telah memiliki jalan tol sepanjang 750 km. Kepemilikan jalan tol tersebut terbagi dalam 15 ruas tol
Kepemilikan WSKT terhadap 15 ruas total 750 km. Sehingga masih ada tambahan lebih dari 250 km sampai akhir tahun ini. Dengan target kepemilikan tol ditambah proyek infrastruktur lainnya, perseroan diperkirakan akan membutuhkan dana investasi hingga Rp100 triliun.
- TINS berencana IPO anak usahanya bidang RS
PT Timah (Persero) Tbk (TINS) berencana melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) anak usahanya, yakni PT Rumah Sakit Bakti Timah, setelah perseroan meninjau seluruh rumah sakit telah beroperasi optimal. Saat ini, perseroan sudah memilih empat unit rumah sakit modern, yakni RS Bakti Timah Pangkalpinang, RS Medika Stannia Sungailiat, RS Bakti Timah Muntok dan RS Bakti Timah Karimun. Selain itu, perseroan juga sudah memiliki empat unit klinik utama (rumah sakit Tipe D) dan divisi usaha Managed Care Service (MCS). Guna mendukung pengembangan RS Bakti Timah dan bisnis utama, pada tahun ini pihaknya sudah menyiapkan belanja modal sebesar Rp600 miliar
- BBNI berencana divestasi sebagian saham BNI Syariah
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berencana akan melepas sebagian saham PT BNI Syariah ke mitra strategis, yang juga sebagai upaya memberi opsi dalam menginvestasikan dana repatriasi dari kebijakan amnesti pajak. Perseroan tengah mengkaji rencana penguatan modal BNI Syariah melalui pelepasan saham ke mitra strategis.Disamping itu, upaya meraih dana repatriasi melalui BNI Syariah juga dengan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO). Meski demikian, hingga saat ini, BBNI belum memutuskan untuk memilih mekanisme yang paling tepat, mengenai pelepasan saham BNI Syariah
- Penurunan biaya interkoneksi tidak berdampak besar terhadap TLKM
Pemotongan biaya interkoneksi seluler tidak berdampak besar terhadap kinerja PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) yang merupakan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), karena sebagian besar pendapatan banyak ditopang dari segmen bisnis data. Pertumbuhan interkoneksi cenderung melambat dari tahun ke tahun, karena pertumbuhannya sudah alami.
Pendapatan dari interkoneksi, hanya mencapai 6% dari total keseluruhan pendapatan perseroan.
- Laba bersih SRTG tumbuh 296%
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) melaporkan pertumbuhan portofolio 26% menjadi Rp17,1 triliun dari akhir tahun lalu Rp13,6 triliun. Laba bersih perseroan meningkat 296% dari Rp1,19 triliun menjadi Rp4,71 triliun pada semester pertama tahun ini. Namun laporan keuangan perseroan tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya karena telah menerapkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 65, yakni pengecualian konsolidasi dalam pelaporan kinerja keuangan perseroan