Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Naik, Harga Tembaga Belum akan Lampaui US$5.000

Meski sedang mengalami tren meningkat, harga tembaga diperkirakan belum akan menembus level US$5.000 per ton akibat surplusnya pasokan pasar global.
Tembaga/Reuters
Tembaga/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Meski sedang mengalami tren meningkat, harga tembaga diperkirakan belum akan menembus level US$5.000 per ton akibat surplusnya pasokan pasar global.

Pada penutupan perdagangan Selasa (12/7) harga tembaga LME naik 2,53% atau 120 poin menuju US$4.869 per ton. Sementara di bursa Comex kontrak September 2016 dalam perdagangan Rabu (13/7) pukul 18:16 WIB, tembaga tumbuh 1,42% atau 3,15 poin menjadi US$224,45 per pon.

Li Ye, analis Shenyin Wanguo Futures Ltd., menyampaikan data perdagangan China akan memberikan petunjuk mengenai pasar tembaga. Pasalnya, Negeri Panda merupakan produsen sekaligus konsumen tembaga olahan terbesar di dunia.

Dalam waktu dekat, klaim China atas sejumlah wilayah di Laut China Selatan menyebabkan ketidakpastian geopolitik. Akibatnya investor domestik terdorong melakukan pembelian bahan baku tembaga sebagai upaya lindung nilai.

Sentimen positif terhadap harga tembaga juga datang dari Inggris dan Jepang. Bank of England bakal memudahkan berbagai kebijakan untuk memulihkan prekonomian, seperti menurunkan suku bunga.

Sementara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan otoritas akan menggelontorkan stimulus fiskal untuk memperbaiki ekonomi. Berdasarkan data Bank Dunia, Negeri Sakura merupakan produsen dan konsumen tembaga olahan terbesar ketiga serta keempat di dunia.

"Reli yang baru-baru ini terjadi didukung kuatnya sentimen di pasar komoditas secara umum. Data bea cukai China akan menjadi faktor kunci memonitor pergerakan harga lebih lanjut," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/7/2016).

Dari sisi teknikal, sambung Li, harga masih sulit melampaui level US$5.000 per ton. Pasalnya, pasar masih mengalami kelebihan pasokan.

Sementara itu, laporan Standard Chartered bertajuk Global Focus Q3 2016 menuliskan, perhatian pasar tertuju kepada peristiwa Brexit, meskipun efeknya terbatas pada sebagian besar komoditas. Alasannya, fenomena ini tidak berimplikasi langsung terhadap proyeksi keseimbangan pasokan dan permintaan.

Brexit kemungkinan akan berdampak besar pada bursa komoditas utama di Eropa, yakni London Metal Exchange (LME) dan Intercontinental Exchange (ICE) terkait masalah kebijakan. Meskipun demikian, Standard Chartered memproyeksi harga logam industri masih bakal cerah ke depannya.

"Diperkirakan tembaga LME bisa mencapai US$5.150 per ton di kuartal IV 2016," papar riset yang dikutip Bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper