Bisnis.com, JAKARTA - Hingga hari ketiga, Kamis (7/7/2016), penguatan yen terus berlanjut sementara emas tetap perkasa mendekati level tertinggi dalam dua tahun, sebagai dampak dari pilihan warga Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.
Yen dilaporkan menguat terhadap mata uang anggota G-10 lainnya sementara performa mata uang Australia menjadi yang terburuk.
Sementara itu, logam mulia terlihat menguat setelah rangkuman pertemuan The Fed Reserve menunjukkan bahwa para pejabat kehilangan kepercayaan akan kemampuan ekonomi untuk bertahan jika suku bunga dinaikkan, bahkan sebelum referendum Inggris dilaksanakan.
Perusahaan energi memimpin penguatan di Bursa Asia seiring dengan penguatan harga minyak yang mengarah ke level US$48 per barel.
Kepercayaan para investor terpengaruh oleh efek Brexit dan permintaan akan aset safe haven yang melonjak minggu ini seiring dengan tindakan tujuh penyalur pinjaman properti yang membekukan pencairan dana dalam dua hari terakhir di Inggris ditengah meningkatnya permintaan.
Di sisi lain, The Fed memilih mempertahankan suku bunganya dalam pertemuan pada 14-15 Juni seiring dengan ketidakpastian di sektor bursa tenaga kerja serta stabilitas finansial yang menjadi ancaman bagi outlook ekonomi mereka.
“Riak efek dari keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa terus berlanjut. Sikap wait and see akan berlanjut seiring para investor mencoba mengukur dampaknya,” kata Mitsushige Akino Pejabat eksekutif Ichiyoshi Asset Management Co seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (7/7/2016).