Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Menembus Batas Psikologis, Minyak Brent Lampaui US$50 Per Barel

Lonjakan pada harga minyak mentah berlanjut dengan melampaui level US$50 per barel pada awal perdagangan hari ini, Kamis (26/5/2016), pertama kali dalam hampir tujuh bulan.
Kilang minyak di Puerto Cabello, Venezuela/Reuters-Edwin Montilva
Kilang minyak di Puerto Cabello, Venezuela/Reuters-Edwin Montilva

Bisnis.com, JAKARTA – Lonjakan pada harga minyak mentah berlanjut dengan melampaui level US$50 per barel pada awal perdagangan hari ini, Kamis (26/5/2016), pertama kali dalam hampir tujuh bulan.

Harga minyak WTI kontrak Juli menguat sebesar 0,52% atau 0,26 poin ke US$49,82 per barel pada pukul 10.03 WIB setelah dibuka dengan kenaikan sebesar 0,28% di level US$49,70 per barel.

Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Juli juga menanjak sebesar 0,68% atau 0,34 poin ke US$50,08 per barel, setelah dibuka dengan kenaikan tipis sebesar 0,04% ke posisi 49,76.

Seperti dilansir Reuters, harga minyak Brent menanjak ke atas level US$50 per barel pada awal perdagangan hari ini dipicu oleh data pemerintah AS yang menunjukkan penurunan stok minyak mentah yang lebih tajam dari perkiraan.

"(U$50) tentunya merupakan batas psikologis. Ada momentum, masyarakat akan mencoba dan mendorongnya melewati batas itu," kata Ric Spooner, chief market analyst CMC Markets. "(Dari) sudut pandang praktis, akankah ada atau tidak akan adakah peningkatan berkelanjutan di atas US$50? Pasti ada kesempatan yang bagus untuk mencapai puncak pada kisaran US$50-US$55."

Ditambahkan olehnya, masih terdapat suplai minyak berlebih di dunia bahkan dengan adanya peningkatan permintaan dan gangguan pasokan dari kebakaran Kanada serta huru-hara di Libya dan Nigeria.

Berdasarkan rilis resmi badan informasi energi AS, Energy Information Administration (EIA) kemarin, stok minyak mentah AS jatuh sebesar 4,2 juta barel ke 537,1 juta sepanjang minggu hingga 20 Mei, penurunan mingguan paling curam dalam tujuh minggu.

Angka tersebut jauh lebih besar dari perkiraan para analis dengan penurunan sebanyak 2,5 juta barel namun juga tidak sebesar perkiraan American Petroleum Institute dengan 5,1 juta barel.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper