Bisnis.com, JAKARTA--Kurs rupiah mulai memasuki area lampu kining dengan depresiasi 3,93% sejak level terkuat Rp13.052 per dolar AS dan menembus level Rp13.565 per dolar AS.
Dari data Bloomberg, perdagangan kemarin membuat rupiah terpuruk 1,38% dengan depresiasi 185 poin ke level Rp13.565 per dolar AS dari sebelumnya Rp13.380 per dolar AS. Penutupan perdagangan kemarin menjadi level terlemah sejak 10 Maret 2016 dengan terkuat sepanjang hari pada Rp13.440 per dolar AS.
Senior Market & Technical Analyst PT KDB Daewoo Securities Indonesia Heldy Arifien mengatakan nilai tukar rupiah telah memasuki level hati-hati dan cukup membahayakan. Batas normal kurs rupiah berada di level Rp13.500 per dolar AS.
"Rupiah di level Rp13.565 per dolar AS sampai Rp13.600 per dolar AS itu sudah dalam kategori cukup membahayakan. Bank Indonesia memutuskan untuk tidak menurunkan suku bunga adalah keputusan bijak, karena The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (19/5/2016).
Pelemahan rupiah, katanya, terjadi akibat sentimen eksternal. Terutama dari Amerika Serikat serta kondisi market global yang belum kunjung memberikan sinyalemen perbaikan.
Perekonomian AS dinilai membaik dan menunjukkan tanda-tanda memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga. Dia memerkirakan, rupiah akan bergerak mixed dengan batas Rp13.565 per dolar AS hingga Rp13.590 per dolar AS.
Kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan depresiasi 1.99% sejak awal Mei 2016 dari Rp13.204 per dolar AS menjadi Rp13.467 per dolar AS. Kemarin, kurs tengah BI terdepresiasi 1,1% dari hari sebelumnya Rp13.319 per dolar AS.
BI memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate dipertahankan di level 6,75% dalam tiga bulan terakhir. Cadangan devisa terbilang stagnan dari bulan sebelumnya menjadi US$107,71 miliar.