Bisnis.com, JAKARTA- Indomitra Securities mengemukakan kenaikkan imbal hasil yang terjadi beberapa hari ini membuat para investor cenderung wait and see dan memonitor keadaan ekonomi.
“Meskipun ada transaksi, namun tidak dalam nominal besar,” kata Maximilianus Nico Demus. L, Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (12/5/2016).
Dikemukakan total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 10 – 15 tahun, di ikuti 15 – 20 tahun, dan 1 – 3 tahun.
“Obligasi jangka menengah hingga panjang masih menjadi obligasi teraktif, karena potensi capital gain dan masih memberikan yield yang menarik,” kata Nico.
Dari data Bloomberg mengemukakan untuk obligasi FR 56 dengan durasi 10 tahun tercatat melemah lima hari sejak 4 hingga 11 Mei 2016. Pada 4 Mei harga masih berada di angka 104,687 dengan yield 7,707.
Sementara itu, Nico mengemukakan imbal hasil obligasi Zona Amerika ditutup turun.
Penurunan imbal hasil terbesar ada di Brazil diikuti dengan AS. Imbal hasil UST di tutup turun di 1,73.
Seiring dengan penurunan imbal hasil di Zona Amerika, Wilaya Eropa pun mengalami penurunan imbal hasil, di pimpin oleh Yunani dan Portugal.
Di wilayah Asia Pasifik, pasar obligasi juga ikut penurunan imbal hasil global. Obligasi 10 tahun di tutup sama dengan hari sebelumnya di 7,8.
Pergerakan obligasi FR 56
Tanggal | Harga | Yield |
12 Mei (pk.11.46 WIB) | 104,352 (+0,04%) | 7,753 (-0,08%) |
11 Mei | 104,309 (-0,06%) | 7,759 (+0,10%) |
10 Mei | 104,367 (-0,02%) | 7,750 (+0,04%) |
Sumber: Bloomberg, 2016