Bisnis.com, JAKARTA - Kunjungan Presiden Direktur PT Visi Media Asia Tbk. Anindya Novyan Bakrie ke kantor redaksi Bisnis Indonesia akhir pekan ini ibarat langkah untuk menjernihkan rumor yang tengah berkembang di kalangan analis.
Memang, bulan lalu, kalangan investor dan trader saham dihebohkan dengan rumor yang berkembang bahwa Grup Bakrie tengah menjajaki penjualan saham VIVA kepada Grup Sinarmas milik taipan Eka Tjipta Widjaja senilai US$2,1 miliar setara dengan Rp27,3 triliun.
Anindya sebagai putra pertama Aburizal Bakrie atau generasi ketiga dari Ahmad Bakrie, membantah rumor penjualan perusahaan media miliknya kepada Grup Sinarmas. Sembari tergelak, Anindya menegaskan tidak ada rencana penjualan saham VIVA dan dirinya tak ingin 'menggoreng' saham VIVA demi keuntungan pribadi.
"Enggak sepenuhnya salah (rumor dijual), kami fokus fundamental dalam 5 tahun saja. Rumor penjualan VIVA itu hanya rumor saja," katanya ketika berbincang dengan Bisnis.com, Jumat (8/4/2016).
Saat rumor penjualan VIVA kepada Sinarmas berhembus kencang, saham VIVA melonjak 4,91% sebesar 14 poin ke level Rp299 per lembar. Akhir pekan ini, saham VIVA ditutup terkoreksi 1,60% sebesar 6 poin ke level Rp369 per lembar.
Sejak awal tahun, saham VIVA melompat 47,6% dari Rp250 per lembar menjadi Rp369 per lembar. Return saham VIVA selama setahun minus 31,01% dan 47,6% year-to-date dengan kapitalisasi pasar Rp6,07 triliun.
Per 30 September 2015, Visi Media Asia menderita rugi bersih Rp546,82 miliar dari tahun sebelumnya laba Rp118,29 miliar. Pendapatan yang dikantongi VIVA terkoreksi 11,9% menjadi Rp1,54 triliun dari Rp1,75 triliun.
Total aset perseroan mencapai Rp6,28 triliun dari tahun sebelumnya Rp6,16 triliun. Saham VIVA digenggam oleh PT Bakrie Global Ventura 53,38%, PT Prudential Life Assurance 9,17%, PT Credit Suisse AG Singapore Trust A/C Clients 4,60%, PT Trinugraha Thohir Media Partner 0,79%, PT Bakrie Capital Indonesia 0,31%, dan publik 25,47%.
Kerja sama beberapa kali antara Grup Bakrie dengan Grup Sinarmas mencuatkan pertanyaan, seperti apa kekraban di antara keduanya? Anindya yang digadang-gadang sebagai putra mahkota Grup Bakrie itu menyebut hubungan dua grup tersebut sebagai mitra bisnis di pelbagai macam lini.
"Dua grup ini melalui evolusi yang sama dan sama-sama melampaui satu krisis luar biasa pada 1997. Juga serupa dalam pengkaplingan," tuturnya.
Kapling yang dimaksud yakni pembagian lini bisnis ke setiap anak dari kedua taipan. Di grup Sinarmas, Franky Widjaja fokus menggarap bisnis perkebunan kelapa sawit di Golden Agri Resources Ltd., Indra Widjaja menyeriusi bisnis keuangan lewat PT Sinar Mas Multiartha Tbk., dan Muktar Widjaja bergulat di bisnis properti via Sinarmas Land.
Pola serupa terjadi di Grup Bakrie. Aburizal Bakrie fokus mengurus industrialisasi, Indra Bakrie bermain di bisnis perkebunan serta minyak dan gas, sedangkan Nirwan Bakrie menjadi komandan roda bisnis Grup Bakrie lewat PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR).
"Kedekatan personal yang tentu terbawa ke bisnis. Antar dua grup selalu cari peluang untuk kerja sama. Banyak sekali kecocokan," ucap Anindya.
Kali terakhir rumor menerpa keduanya: Sinarmas berencana mengakuisisi PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA), unit usaha media massa televisi milik Grup Bakrie. Saat rumor itu berhembus, Grup Sinarmas dan Grup Bakrie kompak membantah. "Sama-sama lucu. Dua-duanya tidak tahu (isu) datang dari mana," kata Anindya.