Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PROYEKSI KINERJA ASII: Tahun Ini Menjadi Titik Balik Grup Astra

Tahun ini, konglomerasi PT Astra International Tbk. diproyeksi bakal menjadi titik balik perbaikan kinerja lantaran sejumlah faktor bakal mendukung bisnis perseroan.
PT Astra Internasional/Bisnis.com
PT Astra Internasional/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Tahun ini, konglomerasi PT Astra International Tbk. diproyeksi bakal menjadi titik balik perbaikan kinerja lantaran sejumlah faktor bakal mendukung bisnis perseroan.

Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai kinerja emiten berkode saham ASII tersebut diproyeksi bakal terjadi perbaikan pada tahun ini. Penguatan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), minyak mentah dan batu bara yang merangkak naik, serta kondisi perekonomian bakal menjadi pendorong kinerja perseroan.

"Kondisi yang berat sudah berlalu, kinerja Astra bisa naik pelan-pelan karena BI Rate juga turun terus, penjualan bisa membaik," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (25/2/2016).

Tidak hanya itu, Hans juga memerkirakan nilai tukar rupiah diproyeksi bakal stabil menguat. Astra  bakal diuntungkan lantaran sebagian besar bahan baku perseroan masih dikontribusi oleh impor dari negara lain.

Dalam lima tahun terakhir, katanya, Grup Astra memang sedikit lebih berat. Harga komoditas CPO yang terus melorot sejak 2012, disusul oleh batu bara, tentu menekan kinerja anak usaha Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), dan PT United Tractors Tbk. (UNTR).

Kebijakan Bank Indonesia selama dua tahun terakhir, sambungnya, terus meredam pertumbuhan di dua sektor yakni properti dan multifinance. Pengetatan moneter membuat penjualan mobil dan motor turut tertekan.

Secara terpisah, analis PT DBS Vickers Securities Indonesia Ben Santoso mengatakan kinerja lini bisnis agribisnis Grup Astra, yakni Astra Agro Lestari pada tahun lalu memang ambrol 75,27% menjadi Rp619,1 miliar dari Rp2,5 triliun.

Dia menilai, penurunan itu terjadi lantaran industri CPO yang masih tertekan. Begitu pula dengan utang emiten berkode saham AALI berdenominasi dolar Amerika Serikat, tentu akan membuat kerugian pada selisih kurs.

"Penurunan banyak dari Forex lost, tidak jauh berbeda dengan perusahaan lain. AALI sekarang berusaha untuk menekan cost dengan rights issue untuk pembayaran utang," katanya.

Dia menyarankan, manajemen Astra Agro Lestari harus mengurangi pinjaman berdenominasi dolar AS. Kemudian, perseroan juga harus terus berupaya menekan biaya agar laba kotor tidak kian ambrol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper