Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AKSI KORPORASI: Sritex Batal Emisi Obligasi Global US$420 Juta

Rencana penerbitan obligasi global PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) senilai US$420 juta setara dengan Rp5,67 triliun dipastikan batal seiring dengan penundaan pembangunan power plant oleh manajemen Sritex.
Presdir Sritex Iwan Setiawan Lukminto (tengah) raih penghargaan/ilustrasi-Sritex
Presdir Sritex Iwan Setiawan Lukminto (tengah) raih penghargaan/ilustrasi-Sritex

Bisnis.com, JAKARTA--Rencana penerbitan obligasi global PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) senilai US$420 juta setara dengan Rp5,67 triliun dipastikan batal seiring dengan penundaan pembangunan power plant oleh manajemen Sritex.

Presiden Direktur Sri Rejeki Isman Iwan Setiawan Lukminto mengatakan emisi obligasi global ditunda untuk sementara setelah pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi terbaru.

"Obligasi global kami hold  dulu karena melihat bahwa itu digunakan untuk power plant. Ada kebijakan ekonomi baru ke-10, itu menarik," katanya kepada Bisnis.com, Rabu (10/2/2016).

Pemerintah bakal mengumumkan paket kebijakan ekonomi X yang memuat revisi aturan Daftar Negatif Investasi. Paket kebijakan itu akan memuat sejumlah prinsip dasar sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

Prinsip dasar yang akan dipertahankan dalam revisi DNI yaitu, pertama, memberikan perlindungan sepenuhnya kepada usaha kecil dan menengah. Hal itu berkaitan dengan Undang-Undang UMKM yang mengatur bahwa proyek senilai Rp10 miliar kebawah untuk UMKM harus diberikan perlindungan sepenuhnya.  

Manajamen emiten berkode saham SRIL tersebut memastikan penerbitan obligasi global tidak akan dilakukan tahun ini. Bos Sritex itu akan meminta izin dari pemegang saham bila berencana kembali merilis obligasi global.

Pembatalan penerbitan obligasi global itu terjadi karena pembangunan power plant oleh perseroan juga ditunda. Dia mempertimbangkan, bila paket kebijakan yang dirilis pemerintah akan menguntungkan Sritex, pembangunan pembangkit listrik pun dipertimbangkan untuk ditunda.

Rencana emisi obligasi global itu telah mendapatkan restu dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada September 2015. Manajemen diperbolehkan menerbitkan surat utang global senilai US$420 juta, termasuk untuk refinancing, hingga Agustus 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper