Bisnis.com, NEW YORK - Harga minyak mentah turun lebih dari 3% pada Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Brent meluncur menuju posisi terendah 11-tahun, setelah persediaan AS secara tak lazim meningkat dan tanda-tanda Arab Saudi akan terus menambah kelebihan pasokan global.
"Persediaan minyak mentah di Amerika Serikat, produsen minyak terbesar di dunia, naik 2,6 juta barel pekan lalu," kata Badan Informasi Energi AS (EIA). Analis yang disurvei Reuters telah memperkirakan penarikan 2,5 juta barel.
Stok mencapai rekor tertinggi di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, untuk minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI). Bensin dan minyak pemanas juga membukukan penambahan stok lebih besar dari perkiraan.
"Dalam semua tahun saya telah melakukan hal ini, saya belum pernah melihat penambahan stok pada minggu terakhir bulan Desember," kata Tariq Zahir, pedagang minyak mentah berjangka di Tyche Capital Advisors di Long Island, New York.
"Setidaknya untuk alasan konsekuensi pajak, penyuling selalu mengurangi persediaanya di akhir tahun, dan ada penarikan. Ini adalah yang pertama bagi saya."
Chris Jarvis, analis di Caprock Risk Management di Frederick, Maryland, menyebutnya "Hanyalah data bearish penunjuk banyak rangkaian yang mendominasi 2015 dan kemungkinan akan berlanjut menuju ke 2016".
Namun, harga minyak mentah tidak kehilangan banyak setelah penurunan awal mereka pada data EIA. Beberapa dikaitkan dengan volume tipis, musim liburan. Kontrak bulan depan WTI diperdagangkan hanya lebih dari 240 juta barel pada Rabu, sekitar setengah dari tingkat yang terlihat dua pekan lalu, data Reuters menunjukkan.
Brent, patokan minyak dunia, menetap turun US$1,33 atau 3,5% menjadi US$36,46 per barel. Brent sempat mencapai serendah US$36,35, kurang dari 40 sen dari posisi terrendah 11 tahun pada pekan lalu.
WTI mengakhiri sesi dengan turun US$1,27 atau 3,4% menjadi US$36,60 per barel.
Harga minyak mentah telah jatuh dua pertiga sejak pertengahan 2014 karena melonjaknya produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan Amerika Serikat menciptakan surplus global antara setengah juta hingga dua juta barel per hari.
Ali al-Naimi, Menteri Perminyakan Arab Saudi, tokoh utama OPEC, mengatakan kerajaannya tidak akan membatasi produksi, Wall Street Journal melaporkan.
Konsumsi energi Tiongkok pada 2015 tumbuh pada tingkat terendah sejak 1998, kantor berita resmi Xinhua mengatakan, menambah tekanan turun pada pasar.