Bisnis.com, JAKARTA- Emas berjangka di divisi Comex New York Mercantile Exchange menguat pada penutupan perdagangan Jumat atau Sabtu pagi WIB, setelah laju dolar AS tertekan.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari 2016 naik US$3,7 atau 0,35% ke US$1.075,70 per ounce, seperti dikutip Antara, Sabtu (12/12/2015).
Emas mendapatkan dukungan ketika indeks dolar AS, yang menjadi tolok ukur kekuatan sejumlah mata uang utama lainnya turun 0,37% ke 97,57. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah.
Namun kenaikan emas dihambat laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan Indeks Harga Produsen berbalik naik 0,3%, lebih besar dari yang diperkirakan pada November. Ini menunjukkan inflasi di industri jasa.
Para analis meyakini penguatan di industri jasa, tanda positif bagi ekonomi AS, yang kemungkinan akan meningkatkan peluang Federal Reserve AS untuk meningkatkan suku bunganya pada pertemuan kebijakan 15-16 Desember 2015.
Analis yakin bahwa tren jangka panjang untuk emas masih sangat "bearish", karena investor sedang menunggu untuk ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed, kemungkinan dimulai pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Desember.
Harapan itu awalnya untuk penundaan kenaikan suku bunga hingga 2016, tetapi pertemuan FOMC pada akhir Oktober meninggalkan pintu terbuka bagi The Fed untuk menaikkan suku sebelum akhir 2015.
Peningkatan suku bunga The Fed mendorong investor menjauh dari emas dan menuju aset-aset dengan imbal hasil, karena logam mulia tidak mengenakan suku bunga.
Belum ada peningkatan suku bunga The Fed sejak Juni 2006, sebelum awal krisis keuangan Amerika. Probabilitas tersirat saat ini untuk kenaikan suku bunga Desember mencapai 79%, menurut alat Fedwatch CMEGroup.
Pasar sekarang telah sepenuhnya memperhitungkan ekspektasi kenaikan suku bunga Desember, menurut analis.
Tetapi pasar sekarang masih ragu kapan kenaikan berikutnya, dari tingkat 0,50% ke tingkat 0,75%, akan terjadi. Alat Fedwatch menunjukkan probabilitasnya pada pertemuan FOMC Maret.