Bisnis.com, JAKARTA— Bloomberg Dollar Index mengemukakan rupiah menguat 0,18% atau 25 poin ke Rp13.619 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (10/11/2015).
Adapun saat dibuka hari ini, rupiah melemah 9 poin atau 0,07% ke Rp13.653 /US$.
Rangga Cipta, Ekonom Samuel Sekuritas mengatakan tekanan terhadap rupiah berkurang seiring pelemahan dolar Amerika Serikat terhadap mata uang rekan dagang utama.
Penguatan dolar yang didorong oleh spekulasi penaikan Fed Fund Rate pada Desember tertahan setelah indeks Dow Jones dan S&P merosot sekitar 1%.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan rupiah menguat 0,18% atau 25 poin ke Rp13.619 per dolar AS pada perdagangan Selasa (10/11/2015).
Rangga Cipta, Ekonom Samuel Sekuritas mengatakan tekanan terhadap rupiah berkurang seiring pelemahan dolar Amerika Serikat terhadap mata uang rekan dagang utama.
Penguatan dolar yang didorong oleh spekulasi penaikan Fed Fund Rate pada Desember tertahan setelah indeks Dow Jones dan S&P merosot sekitar 1%.
Nilai tukar rupiah masih bertahan menguat 0,46% atau 63 poin ke level Rp13.581 per dolar AS, menjelang penutupan perdagangan hari ini.
Rupiah bertahan menguat jelang penutupan.
Rupiah menguat 27 poin atau 0,2% ke 13.617, rupiah bergerak di kisaran 13.605-13.667.
Rupiah terapresiasi 28 poin atau menguat 0,21% ke Rp13.616 per dolar AS setelah perdagangan sesi I bursa berakhir.
Harga jual dan beli dolar di sejumlah bank, Senin (10/11/2015)
Bank | Pk. WIB | Jual (Rp/US$) | Beli (Rp/US$) |
Mandiri | 11.07 | 13.620 | 13.585 |
BCA | 08.11 | 13.620 | 13.600 |
BNI | 09.39 | 13.720 | 13.520 |
Sumber: Masing-masing laman perbankan
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menguat 68 poin di saat penguatan dolar tertahan oleh aksi jual di Wall Street.
Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan Jisdor level di Rp13.619 per dolar AS, terapresiasi 68 poin atau 0,50% dari kurs Jisdor.
Rupiah juga terapresiasi di pasar spot, diperdagangkan menguat 0,14% atau 19 poin ke Rp13.625 per dolar AS pada pukul 10.10 WIB.
Rangga Cipta, Ekonom Samuel Sekuritas mengatakan tekanan terhadap rupiah berkurang seiring pelemahan dolar Amerika Serikat terhadap mata uang rekan dagang utama.
Penguatan dolar yang didorong oleh spekulasi penaikan Fed Fund Rate pada Desember tertahan setelah indeks Dow Jones dan S&P merosot sekitar 1%.
Penyerapan tenaga kerja yang membukukan rekor terbanyak pada Oktober tidak mampu memberikan optimisme pada Wall Street setelah kinerja perdagangan dan inflasi China masih lesu.
Indeks dolar pagi tadi terkoreksi 0,19% setelah melonjak 1,26% pada Jumat ke level 99,168 atau titik terkuat sejak April 2015.
“Kenaikan suku bunga The Fed masih dapat tertutupi oleh harapan perbaikan pertumbuhan AS di masa depan, masih buruknya laju perekonomian Tiongkok mulai menggerogoti optimisme itu,” kata Rangga.
Namun, Rangga memperkirakan tekanan terhadap rupiah masih akan bertahan hingga pidato Gubernur The Fed Janet Yellen pada 2 Desember 2015. Adapun rapat FOMC berikut baru akan diadakan pada 15–16 Desember 2015.
mata uang di Asia Tenggara kompak menguat.
Dolar Singapura (+0,04%), peso Filipina (+0,12%), ringgit Malaysia (+0,09%), baht Thailand (+0,07%). Rupiah menguat 31 poin atau 0,23% ke Rp13.613/US$.
Laju inflasi China semakin melambat setelah mencapai puncak pada Agustus. Inflasi di Negeri Tiongkok hanya mencapai 1,3% pada Oktober.
Badan statistik pemerintah China pada Selasa (10/11/2015) melaporkan indeks harga konsumen hanya naik 1,3% pada Oktober, inflasi terendah 5 bulan terakhir.
Tren disinflasi di China berlanjut setelah ekonomi negara tersebut mencatatkan ekspansi tertinggi pada Agustus sebesar 2%. Tingkat inflasi Oktober lebih rendah dibandingkan estimasi ekonom di 1,5%.
Adapun tren penurunan harga barang produksi pabrik-pabrik di Negeri Tiongkok masih berlanjut. Indeks harga produsen China kini telah tersurvei negatif selama 44 bulan berturut-turut setelah mencatatkan deflasi 5,9% pada Oktober.
Tekanan disinflasi di ekonomi terbesar kedua dunia tersebut meningkatkan kecemasan atas perlambatan ekonomi global. Investor juga mengharapkan otoritas moneter dan fiskal kembali meluncurkan stimulus tambahan.
Inflasi China dirilis, rupiah lanjutkan menguat 14 poin atau 0,1% ke Rp13.630/US%
Rupiah diperdagangkan menguat 12 poin atau terapresiasi 0,09% ke Rp13.632 per dolar AS setelah perdagangan di bursa saham dibuka.
Rupiah berbalik menguat 17 poin atau 0,12% ke Rp13.627/US$, dan bergerak di kisaran 13.606-13.667.
“Pagi ini ditunggu inflasi China yang diperkirakan kembali melambat,” Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (10/11/2015).
Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi penguatan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika serikat pada perdagangan hari ini, Selasa (10/11/2015) akan dibayangi penguatan dolar.
“Hari ini aksi jual di pasar keuangan sepertinya masih akan terlihat sehingga tekanan terhadap rupiah mungkin bertahan, walaupun pelemahan indeks dolar bisa mengurangi tekanan,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (10/11/2015).
Merespons baiknya data AS menjelang akhir pekan lalu IHSG, SUN dan rupiah sama-sama melemah hingga Senin sore. Dolar menguat terhadap hampir seluruh mata uang di Asia.
IHSG yang melemah 1,47% kemarin menandakan faktor negatif eksternal yang melebihi faktor positif internal.
“Dengan konsentrasi faktor eksternal yang membesar, volatilitas rupiah dan aset berdenominasi rupiah diperkirakan masih akan tinggi paling tidak sampai pidato Janet Yellen pada 2 Desember 2015,” kata Rangga.
Sementara itu, FOMC meeting akan diadakan pada 15—16 Desember.
Dikemukakan walaupun penguatan indeks dolar tertahan, S&P 500 justru memperdalam pelemahannya pada malam tadi hingga 0,98%.
Walaupun kekhawatiran kenaikan suku bunga the Fed masih dapat tertutupi oleh harapan perbaikan pertumbuhan AS di masa depan, masih buruknya laju perekonomian China mulai menggerogoti optimisme itu.
Harga komoditas secara umum juga masih menurun.
“Pagi ini ditunggu inflasi China yang diperkirakan kembali melambat. Inflasi yang rendah menandakan kekuatan permintaan yang belum cukup kuat mengimbangi pasokan berlimpah di perekonomian Tiongkok,” kata Rangga.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Selasa (10/11/2015) rupiah melemah 9 poin atau 0,07% ke Rp13.653 /US$.
Rupiah langsung bergerak ke 13.660, melemah 16 poin atau 0,12%., dan bergerak di kisaran 13.653—13.660.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan pada Senin (9/11/2015) rupiah ditutup melemah 80 poin atau 0,59% ke Rp13.644 per dolar AS.
Rupiah melemah disaat indeks dolar AS menguat ditopang data kerja yang berada di atas ekspektasi.
Senin, indeks dolar AS ditutup melemah 0,19% ke 98,979