Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) cenderung bergerak melemah pada hari ini.
Berdasarkan pantauan Bisnis, indeks sempat menguat tipis 0,1% ke level 4.380,62. Namun, pada pukul 09.24 WIB, indeks berbalik arah dan ditutup melemah 0,49% ke 4.354,59 pada akhir sesi I. Sepanjang hari ini indeks bergerak pada kisaran 4.349,89-4.389,31.
Pelemahan IHSG terjadi saat bursa global justru cenderung bergerak positif. Mengapa IHSG terkesan bergerak anomali?
Reza Priyambada, Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, menilai tekanan terhadap pasar modal Indonesia ini lebih disebabkan oleh minimnya sentimen positif dari dalam negeri.
“Investor masih melihat kondisi dari dalam negeri masih belum cukup kuat. Penguatan rupiah yang sempat terjadi kemarin juga hanya sesaat dan adanya sentimen negatif dari realisasi kebijakan pemerintah,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (22/9/2015).
Seperti diketahui, Bank Indonesia untuk kedua kalinya menurunkan proyeksi nilai tukar 2016, kali ini menjadi Rp13.700—Rp13.900 per dolar AS. Adapun pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi 2016 menjadi 5,3%.
Gubernur BI Agus Martowardojo kemarin juga mengungkapkan cadangan devisa turun dari US$105,3 miliar per 31 Agustus menjadi US$103 miliar pada 21 September, akibat permintaan dolar untuk pembayaran utang.
Selain itu, Asian Development Bank merevisi negatif proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia, termasuk Indonesia menjadi 4,9% pada 2015, mengantisipasi tersendatnya pemulihan negara maju dan perlambatan ekonomi China.
Melihat minimnya sentimen positif dari dalam negeri serta waktu perdagangan yang relatif pendek yakni hanya 4 hari pada pekan ini, Reza memperkirakan pergerakan bursa saham tidak akan terlalu atraktif.
“Aksi jual masih terus meningkat dan investor kelihatannya juga akan menunda sementara untuk masuk pasar pada pekan ini,” tambahnya.
Hingga akhir perdagangan, Reza memperkirakan indeks masih akan bergerak turun. Jika IHSG tidak dapat bertahan di level 4.348-4.350, lanjutnya, maka indeks akan kembali melemah ke 4.328.