Bisnis.com, JAKARTA- Dolar Amerika Serikat saat ini tengah memasuki fase koreksi, setelah mencatat reli tajam sejak pertengahan tahun lalu sampai puncaknya pada Maret yang menyentuh level tertinggi dalam 13 tahun.
Tim Analis Strategydesk, Divisi Riset Soegee Futures mengemukakan koreksi tersebut terjadi seiring buruknya data ekonomi, dan berkurangnya kemungkinan kenaikan rate bank sentral AS the Fed.
“Indeks dolar berada di 93,41 setelah melemah 0,3% sampai ke 93,12 atau terendah sejak 3 Februari,” tulis Strategydesk dalam risetnya yang diterima hari ini, Jumat (15/5/2015).
Dikemukakan dolar berada di level terendah dalam tiga bulan terakhir, akibat data yang makin mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga Fed pada Juni. Sedangkan euro melanjutkan penguatannya, didukung sejumlah perbaikan ekonomi.
Rlis data AS semalam di antaranya, yaitu menunjukkan initial jobless claims, atau klaim tunjangan pengangguran berada di level terendah dalam 15 tahun. Pertanda lapangan kerja masih sehat. Tapi indeks harga produsen (PPI) selama April turun 0,4% per bulan, melawan prediksi naik 0,1%. Secara tahunan, PPI turun 1,3%, lebih besar dari prediksi 0,8%.
Sedangkan indeks PPI inti, yang tidak memasukkan energi, hanya naik 0,7%, di bawah prediksi 0,8%. Data PPI itu mengindikasikan tekanan inflasi masih rendah, kondisi yang mengurangi urgensi kenaikan suku bunga.
Sementara itu, ujarnya, euro berhasil menyentuh level tertinggi dalam tiga bulan. Salah satu faktor yang mengangkat euro adalah data yang menunjukkan PDB blok mata uang itu tumbuh 1% selama kuartal pertama.
Angka itu lebih tinggi dari pertumbuhan AS yang hanya 0,2%. Bahkan angka PDB AS diperkirakan bakal direvisi menjadi kontraksi.