Bisnis.com, JAKARTA— Tekanan terhadap kinerja perbankan di Indonesia diprediksi masih terjadi hingga kuartal II/2015 dan hal itu akan berdampak kepada pergerakan saham-saham di sektor finansial.
Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi memprediksi perbaikan kinerja industri ini baru akan terlihat pada kuartal III/2015 sehingga akan tercermin pada pergerakan harga saham di sektor tersebut.
“Orang belum akan melihat saham finansial hingga kuartal II/2015. Tapi tergantung jika data pertumbuhan seperti di sektor konsumer menunjukkan pembaikan di kuartal II, maka akan membaik sehingga terefleksi ke harga saham,” jelas Akhmad ketika dihubungi Bisnis, Selasa (5/5).
Sementara itu, Harsh Wardhan Modi Analis J.P. Morgan Securities Singapore Private Limited mengatakan sejak 3 tahun terakhir hingga 3 tahun mendatang, laba industri perbankan nasional bakal disumbang peningkatan marjin, pendapatan non bunga, dan cost rationalization.
Nantinya, lanjut Wardhan, pertumbuhan tersebut juga bakal diimbangi dengan peningkatan biaya kredit dan penambahan modal. Dia juga menjelaskan ke depannya industri ini akan memasuki era normalisasi.
“Setelah sebelumnya mengalami masa terbaik pertumbuhan kredit selama 5 tahun akibat tingginya pertumbuhan PDB [Pendapatan Domestik Bruto], inflasi yang bersahabat, dan likuiditas memadai, kami melihat muncul proses normalisasi di industri ini,” jelas Wardhan dalam riset yang dipublikasikan belum lama ini.
Dari data yang di himpun Bisnis, rata-rata indeks industri finansial di Indonesia pada periode 2 Januari 2015 hingga 5 Mei 2015 hanya melaju di posisi 3,03% dari 733,31 menjadi 755,56. Pergerakan tersebut terpental jauh dari peningkatan pada periode yang sama tahun lalu.
Pada 2 Januari 2014 hingga 5 Mei 2014, indeks saham industri finansial di Indonesia melaju 18,05% dari 546,93 menjadi 645,7. dihimpun terkoreksi hingga hanya tumbuh di posisi 1,14% y-o-y dari Rp20,75 triliun menjadi Rp20,99 triliun.