Bisnis.com, JAKARTA- Asing terus menyesaki pasar saham Indonesia. Sepanjang Februari 2015, total aksi beli bersih asing sudah mencapai Rp9,17 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), total aksi beli bersih asing mencapai Rp9,36 triliun. Melihat data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar aksi beli bersih atau net buy asing terjadi sepanjang Februari 2015. Pada Februari, aksi jual bersih atau net sell hanya terjadi satu kali, yakni pada 18 Februari 2015 senilai Rp386,38 miliar.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga sudah naik sekitar 4,17% sejak penutupan perdagangan tahun lalu. IHSG pada penutupan perdagangan tahun lalu tercatat 5.226,947, sedangkan pada perdagangan kemarin ditutup di level 5.445,108.
Lana Soelistianingsih, analis PT Samuel Asset Management mengatakan faktor terbaru yang membuat IHSG terus menguat dan asing terus mencatatkan net buy adalah hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Gubernur Federal Reserve Janet Yellen memberikan sinyal tidak akan menaikkan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat.
“Ada sentimen positif dari The Fed yang lebih jelas. Saya tidak tahu kapan, yang pasti The Fed tidak akan menaikkan dalam waktu dekat. Dari sembilan indikator yang merefleksikan perbaikan AS, enam belum terpenuhi,” kata Lana saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (25/2/2015).
Hal itu membuat The Fed kembali bersabar untuk menaikkan suku bunga acuannya itu. Menurutnya, tingkat pengangguran di AS masih tinggi, begitu juga dengan masih banyaknya pekerja part time di sana. “Jadi sepertinya The Fed belum begitu sreg,” tambahnya.
Menurutnya, asing paling banyak masuk ke pasar saham Indonesia pada Februari ini. Ada banyak faktor yang membuat asing terus percaya diri masuk ke pasar Indonesia. Dari dalam negeri, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia juga ikut mendorong. Penurunan BI rate memberikan sinyal bahwa perekonomian Indonesia terus membaik.
Hal ini terlihat dari rilis data ekonomi terakhir, seperti inflasi yang terjaga dan neraca perdagangan yang surplus. “Keyakinan juga timbul dengan adanya potensi dari S&P yang akan menaikkan peringkat Indonesia. Kemudian, current account deficit (CAD) juga membaik, intinya ada ekspetasi pertumbuhan ekonomi membaik.”
Dari luar negeri, likuiditas juga masih deras. Masih ada Bank Sentral Eropa yang menggelontorkan stimulusnya hingga September 2016. Kemudian, kondisi Yunani yang tengah konflik membuat banyak investor keluar dari Yunani.
“Lalu uangnya masuk ke mana? Tentu saja dibawa ke negara emerging market, termasuk Indonesia. Tidak mugnkin tidak, pasti masuk ke Indonesia.
Bila tidak memasukkan faktor kenaikan suku bunga The Fed, masuknya asing ke Indonesia terbuka lebar. Likuditas yang banjir di luaran itu masih akan terus masuk ke Indonesia.
Namun, bila kenaikan suku bunga The Fed terjadi, itu akan memberikan tekanan jual meski investor tidak akan sepanik tahun 2013. “Sejauh ini IHSG masih akan terus menguat dan asing terus masuk,” tuturnya.
Desmon Silitonga, analis PT Millenium Danatama Asset Management mengatakan pernyataan The Fed membuat asing semakin gencar masuk ke pasar emerging market. IHSG juga terus menguat hingga saat ini. Meski demikian, dia menilai posisi IHSG saat ini perlu diwaspadai.
“The Fed memang membuat asing masuk dan indeks menguat. Tapi ini harus hati-hati, saat waktunya The Fed menaikkan suku bunga, ini yang harus diantisipasi,” katanya kepada Bisnis.com. []