Bisnis.com, JAKARTA—Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya membaik, ditambah dengan potensi tekanan tambahan dari nilai tukar dolar AS, membuat PT Intiland Development Tbk memproyeksi kinerja 2015 hanya bertumbuh di kisaran 5%-10%.
Corporate Secretary Intiland Development (DILD) Theresia Rustandi mengatakan pihaknya masih konservatif. “Proyeksi 2015 tetap konservatif, tapi akan lebih baik dari 2014. Kami moderat di 5%-10%,” sebutnya kepada Bisnis.com, Minggu (28/12/2014).
Theresia melanjutkan tahun ini industri properti terimbas situasi politik dalam negeri dan kebijakan loan to value (LTV) dari Bank Indonesia (BI). Awal tahun depan, situasi pun dipandang belum mendukung karena kenaikan harga BBM diperkirakan mulai berdampak pada penjualan dan nilai tukar dolar AS masih menjadi tantangan.
Target untuk 2015 lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan tahun ini yang diharapkan 15%-20% serta pencapaian 2013 yang meningkat 19,6% dari tahun sebelumnya.
Tahun ini, DILD membidik pendapatan Rp1,8 triliun atau meningkat dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,51 triliun.
Hingga September 2014, perseroan membukukan Rp1,3 triliun atau 24,8% lebih tinggi dari periode yang sama setahun sebelumnya. Adapun laba bersih melonjak 43,5% menjadi Rp300 miliar, dari sebelumnya Rp209,2 miliar.
Di sisi marketing sales, per kuartal III/2014 DILD sudah meraup Rp1,8 triliun atau 64% dari target sepanjang tahun.
Theresia menuturkan berbagai pengembangan proyek eksisting dan proyek baru diharapkan mendukung kinerja perseroan tahun depan. DILD akan meluncurkan beberapa kluster baru di proyek Serenia Hills, dua menara apartemen di proyek Regatta, satu tower baru di 1Park Avenue, serta South Quarter tahap kedua.
Sementara itu, proyek baru yang bakal dimulai pada 2015 adalah reklamasi dan pengembangan Pantai Mutiara di utara Jakarta. Proyek ini masih dalam tahap pengurusan izin reklamasi dan analisis dampak lingkungan (AMDAL).
“Keperluan untuk tahap awal sekitar Rp4,5 triliun, totalnya diperkirakan Rp7,5 triliun tapi masih terus kami hitung,” ujar Theresia.
Menurutnya, dana Rp4,5 triliun dibutuhkan untuk persiapan lahan dan pengembangan awal proyek tersebut. Perseroan mengungkapkan sumber dana merupakan campuran dari kas internal dan dana eksternal, tapi masih enggan menjelaskannya lebih jauh.
Theresia mengaku masih memiliki fasilitas pinjaman yang bisa ditarik dari beberapa bank, antara lain PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). Namun, jumlahnya tidak mencukupi untuk menutup kebutuhan investasi tahap awal reklamasi Pantai Mutiara.
Di luar itu, DILD juga terus memperluas lahan di kawasan industri Ngoro, Jawa Timur. Rencananya, pada 2015 lahan industri di sana akan ditambah 100 hektare sehingga totalnya mencapai 500 hektare.
Perseroan pun berniat berekspansi ke dua daerah lain di provinsi yang sama untuk mengembangkan kawasan industri.
Sayangnya, DILD belum bersedia menyebutkan capital expenditure (capex) yang mereka butuhkan tahun depan. Tahun ini, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar Rp1,8 triliun.