Bisnis.com, JAKARTA- Pasar obligasi korporasi diprediksi akan kembali bergairah tahun depan meski penerbitan obligasi baru ramai pada kuartal II. Nilai emisi obligasi korporasi diperkirakan bisa lebih dari Rp50 triliun.
Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan setelah kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berlaku, pasar obligasi akan merosot sekitar tiga bulan ke depan.
Namun, dia memperkirakan, pasar obligasi tahun depan akan lebih semarak dibandingkan dengan tahun ini meski penerbitan obligasi baru ramai pada kuartal II/2015.
“Tentu bisa lebih ramai, selama setahun ini perusahaan menahan diri. Kalau tahun depan masih menahan diri, direksi pasti ditanya bagaimana mau menaikkan laba, masa tahun depan tidak melakukan apa-apa,” kata Wahyu kepada Bisnis belum lama ini.
Dia memperkirakan, nilai emisi penerbitan obligasi tahun depan bisa mencapai Rp60 triliun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga akhir Oktober 2014, ada sekitar 35 penerbitan obligasi dengan nilai emisi Rp36,88 triliun.
Adapun, nilai emisi penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun ini diprediksi hanya sekitar Rp40-an triliun atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu yang senilai Rp57,49 triliun.
“Kalau tahun depan saya pikir bisa lebih dari Rp50 triliun, bisa Rp60 triliun. Saya lihat, obligasi jatuh tempo saja sekitar Rp33 triliun, ditambah yang baru bisa sekitar Rp20 triliun. Tahun depan lebih banyak karena yang menunda sudah mulai merealisasikan,” jelasnya.
Ekonom PT Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan bila tak ada perubahan aturan perpajakan, pasar obligasi korporasi dalam negeri hanya mengandalkan likuiditas global dan kondisi dalam negeri. Dia menilai, tahun depan ada perebutan dana antara pemerintah dan korporasi.
“Pemerintah butuh dana, belum lagi pemerintah akan melakukan front loading. Enam bulan pertama saya pikir obligasi korporasi belum menarik. Serba salah, karena ada The Fed juga tahun depan, saya pikir lebih baik menerbitkan emisi sebelum The Fed menaikkan suku bunga,” jelas Lana saat dihubungi Bisnis, Senin (24/11/2014).
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ronald T. Andi Kasim optimistis penerbitan obligasi korporasi pada 2015 akan marak kembali setelah melempem sejak semester II/2013. Pada 2014, nilai emisi obligasi korporasi diperkirakan hanya mencapai Rp45 triliun.
“Itu paling bagus. Tahun depan, kami berharap bisa mencapai lebih dari Rp50 triliun,” kata Ronald kepada Bisnis.
Terlepas dari rencana naiknya suku bunga acuan Bank Sentral AS, apabila harga BBM dinaikkan dan kinerja kabinet yang baru sesuai dengan ekspetasi, perekonomian akan menggeliat lagi dan tumbuh lebih baik dari 2014.
Adapun faktor pendorong lainnya adalah rencana dari beberapa perusahaan yang memang memerlukan pendanaan untuk refinancing maupun untuk ekspansi.