Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas (18 November 2014): Naik 0,22%, Dibayangi Wacana Pengurangan Impor Emas India

Harga emas di bursa Commodity Exchange (Comex) untuk kontrak Desember 2014 menyentuh level US$1.186,1/troy ounce atau menguat 0,22% pada pukul 11.53 WIB, Selasa (18/11/2014).
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas di bursa Commodity Exchange (Comex) untuk kontrak Desember 2014 menyentuh level US$1.186,1/troy ounce atau menguat 0,22% pada pukul 11.53 WIB, Selasa (18/11/2014).

Jika dikonversikan berdasarkan kurs tengah rupiah hari ini senilai Rp12.146/US$, harga emas berkisar Rp463.176/Gram.

Ariston Tjendra, Analis PT Monex Investindo Futures, mengatakan harga emas bergerak sideways kemarin setelah menguat tajam di akhir pekan lalu.  

Penguatan dolar AS, yang dipicu pernyataan para pejabat Bank Sentral Inggris dan Eropa akan komitmen terhadap pelonggaran moneter turut menahan penguatan harga emas.

“Selain itu, dari India dilaporkan bahwa bank sentral meminta pemerintah mengeluarkan kebijakan pengurangan impor emas untuk mengurangi defisit neraca berjalan Berita ini juga turut menjadi faktor penahan harga emas,” ujar Ariston melalui riset yang diterima Bisnis, Selasa (18/11/2014).

Dalam laporan World Gold Council dinyatakan bahwa permintaan emas India naik 60% sepanjang kuartal III/2014 dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya.

Ariston merinci, harga emas kini berada di kisaran US$1.186/troy ons, masih berada di kisaran pergerakan kemarin sehingga support resisten tidak berubah. Support penting di kisaran 1.177. Sementara resisten di kisaran 1.196.

Pelemahan di bawah 1.177 membuka peluang pelemahan lebih dalam ke area 1.170. Sementara penguatan ke atas kisaran 1.196 berpeluang mendorong penguatan ke area 1202-1204, MA 200 grafik 4 jam.

Hari ini yang mungkin bisa menjadi market mover adalah data survei Sentimen Ekonomi Jerman dan Zona Euro serta data Indeks Harga Produsen (PPI) AS.

“Dolar AS memberikan pengaruh yang kuat pada harga emas sehingga data-data ekonomi yang bisa mendorong pergerakan dolar, penting untuk diperhatikan,” jelas Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper