Bisnis.com, JAKARTA--Rencana PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) untuk go public dengan mengincar dana segar Rp2,5 triliun di pasar modal segera terwujud setelah proses holding BUMN perkebunan terbentuk.
Sekretaris PTPN VII Sony Soediastato mengungkapkan persiapan penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) perseroan telah dilakukan sejak 2012 lalu.
Bahkan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang lalu Dahlan Iskan menyatakan PTPN VII paling siap go public setelah holding BUMN perkebunan diluncurkan pada 2 Oktober 2014.
Peraturan Pemerintah Nomor 72/2014 tentang holding BUMN Perkebunan yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat PTPN VII menjadi anak usaha PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
Kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.06/2014 tentang Penetapan Nilai Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam Modal Usaha Perusahaan Perseroan ke PTPN III (Persero).
Pemerintah secara resmi telah mengalihkan 90% saham miliknya kepada PTPN III dengan modal disetor Rp10,109 triliun. Sehingga, melalui dua aturan tersebut, nasib IPO PTPN VII berada pada induk usaha BUMN perkebunan yakni PTPN III.
"Artinya dengan PP tersebut kami bisa bergerak cepat dengan aksi IPO ini. Harapan kami, dengan IPO ini, kami melepaskan saham bisa sekitar 30% dengan asumsi dana yang bisa diraih Rp2,5 triliun," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (12/11/2014).
Proses persiapan IPO memang terus berjalan meskipun pemerintah baru telah mengangkat Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno dalam Kabinet Kerja pimpinan Joko Widodo-M. Jusuf Kalla. Pembicaraan lebih lanjut dengan menteri BUMN dilakukan oleh PTPN III sebagai induk holding perkebunan.
Persiapan yang telah matang oleh PTPN VII untuk IPO dinilai menjadi modal untuk melangkah ke tahap selanjutnya yakni menunjuk penjamin efek.
Manajemen PTPN VII berharap pencatatan saham perseroan di pasar modal akan dilakukan pada Juni 2015. Dia optimistis saham sektor perkebunan BUMN sangat menarik bagi investor sehingga gelaran IPO bakal sukses.
Perolehan dana hasil IPO, sambungnya, akan digunakan untuk pengembangan investasi dan memperbaiki struktur permodalan perseroan. Rencananya, PTPN VII akan menambah investasi perkebunan dan pengembangan pabrik.
PTPN VII tercatat memiliki perkebunan karet, kelapa sawit, tebu, dan teh yang tersebar di Lampung, Sumatra Selatan, dan Bengkulu. Masing-masing luas perkebunan karet mencapai 35.000 hektare, kelapa sawit 60.000 Ha, tebu 25.000 Ha, dan teh 1.500 Ha.
Perusahaan pelat merah ini juga memiliki 10 unit pabrik pengolahan karet, 7 unit pabrik pengolahan kelapa sawit, 2 unit pabrik gula, dan 1 unit pabrik teh. Total aset PTPN VII mencapai Rp4 triliun dan ditargetkan dapat mencapai Rp9 triliun pada 2015.
Perseroan bahkan menargetkan pendapatan setelah IPO dapat mencapai Rp5,6 triliun pada 2015 dan meningkat menjadi Rp6 triliun pada 2016.
Sony mengklaim PTPN VII telah melakukan transformasi sejak 2008 melalui penanaman kembali atau replanting ribuan hektar tanaman perkebunan. Diperkirakan, pada 2016-2017, tanaman perkebunan yang dikelola PTPN VII sudah dapat dipetik hasilnya.
Selain itu, sambungnya, PTPN VII juga membidik hilirisasi di masa depan agar tercipta nilai tambah. Dia mengakui, selama ini perseroan masih ditopang oleh bisnis utama di sektor hulu.
"Kami akan bermain di hilir, program itu ada dalam program jauh ke depan. Misalnya untuk karet ada rencana membangun pabrik ban sepeda motor dan pengembangan lain," jelasnya.
Analis Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai IPO BUMN perkebunan cukup banyak dinanti oleh investor. IPO PTPN VII dinilai dapat menggairahkan emiten BUMN sektor komoditas yang kini tengah tertekan terutama di sektor pertambangan.
Kondisi pertumbuhan ekonomi India dan China yang melambat dinilai dapat mendorong harga miyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) terus meningkat. Harga CPO bahkan tercatat telah jauh meninggalkan harga minyak mentah dunia.
"Saham-saham perkebunan sedang tervaluasi dengan bagus. Kalau pemerintah merencanakan IPO PTPN VII, harapannya bisa membuat saham sektor komoditas BUMN lebih bergairah," ujarnya saat dihubungi secara terpisah.