Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja 7 Emiten BUMN: KAEF Jawara, BTN Terperosok

Kinerja 7 dari 20 perusahaan emiten pelat merah tercatat tumbuh dengan rerata 6,39% pada 9 bulan pertama tahun ini akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja 7 dari 20 perusahaan emiten pelat merah tercatat tumbuh dengan rerata 6,39% pada 9 bulan pertama tahun ini akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Dari ketujuh emiten badan usaha milik negara (BUMN) tersebut, emiten farmasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tercatat meraih pertumbuhan laba bersih tertinggi mencapai 18,43%.

Pada kuartal III/2014, Kimia Farma meraup laba bersih Rp143,82 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp121,44 miliar.

Penurunan laba bersih paling dalam dibukukan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. hingga 28,57%.

Per 30 September 2014, BTN meraup laba bersih Rp755 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp1,05 triliun.

Pertumbuhan pendapatan tertinggi tercatat dibukukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 29,66%.

BRI meraup pendapatan Rp52,8 triliun dari sebelumnya Rp40,7 triliun.

PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. tercatat menjadi emiten BUMN dengan pertumbuhan pendapatan paling rendah yakni hanya mencapai 2,77%.

Semen Baturaja membukukan pendapatan Rp816 miliar dari sebelumnya Rp794 miliar.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan kinerja emiten BUMN dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dampak penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tahun lalu, berakibat pada belanja masyarakat termasuk korporasi berkurang.

"Tahun ini, emiten tidak seekspansif dibandingkan tahun lalu. Tapi sektor jasa khususnya jasa konstruksi dan keuangan tidak begitu terpengaruh oleh perlambatan ini," ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (29/10/2014).

Dia menilai, emiten BUMN konstruksi dan perbankan dapat bertahan dari tekanan kenaikan biaya produksi terutama akibat kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan kenaikan harga barang. Kedua sektor tersebut lebih tahan dibandingkan sektor manufaktur.

Sektor perbankan, kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan BRI dinilai lebih tinggi dari ekspektasi. Namun, untuk BTN kinerjanya dinilai wajar karena menjadi bank khusus yang menyalurkan kredit perumahan dengan tenor panjang.

Sektor konstruksi, terdapat PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. dan PT Adhi Karya (Persero) tbk. dinilai masih menjanjikan.

Akan tetapi, Adhi Karya diperkirakan akan membukukan kinerja di bawah ekspektasi.

Reza Priyambada, Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia, mengaku cukup terkejut dengan pertumbuhan yang dibukukan oleh KAEF.

Emiten farmasi ini diperkirakan hanya mampu tumbuh 10%-11%.

"KAEF lebih tinggi dari perkiraan kami," paparnya saat dihubungi terpisah.

Sementara kinerja BBRI dan BMRI dinilai sesuai dengan ekspektasi.

Tetapi, Woori Korindo telah melakukan revisi target pertumbuhan sektor perbankan akibat perlambatan ekonomi dan kebijakan Bank Indonesia yang lebih ketat.

Kinerja TLKM, sambungnya, lebih rendah dari ekspektasi yang telah direvisi oleh Woori Korindo. Awalnya, dia memerkirakan TLKM dapat tumbuh hingga 9%, kemudian dikoreksi menjadi 5%-6% pada tahun ini.

Kendati demikian, Reza menilai industri telekomunikasi di Tanah Air memang tengah mengalami penurunan. Telkom tercatat menjadi emiten yang masih memiliki pertumbuhan positif.

Pada bagian lain, JSMR juga dinilai tumbuh mengesankan. Peningkatan laba 11,76% dinilai sedikit lebih tinggi dari ekspektasi yang hanya 10%. Kenaikan laba JSMR tertolong oleh peningkatan tarif tol dan volume kendaraan.

Begitu pula dengan SMBR yang dinilai dapat tumbuh lebih baik ketimbang rerata pertumbuhan industri. Dia memerkirakan pertumbuhan SMBR hanya mampu mencapai 5%-6%, namun justru dapat mencapai 8,95%.

Hingga akhir tahun, Reza memerkirakan kinerja sejumlah emiten BUMN masih akan tertekan. Di antaranya PT Indofarma (Persero) Tbk., PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Bukit Asam (Persero) Tbk., PT Aneka Tambang (Persero) Tbk., dan PT Timah (Persero) Tbk.

Adapun emiten konstruksi milik pemerintah dinilai masih menjanjikan untuk meraup pertumbuhan kinerja positif.

Tercatat ada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

"Emiten konstruksi masih ada harapan, dengan adanya proyek konstruksi, adanya program carry over kontrak sebelumnya, masih cukup tertolong," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper