Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja rata-rata reksa dana saham pada September 2014 menorehkan return -1,13% atau mengalami penurunan dibandingkan dengan return pada Agustus 2014 yang 0,67%.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, Rabu (1/10/2014), tidak hanya reksa dana saham, return reksa dana varian lainnya juga turun. Return reksa dana campuran tercatat -0,65% turun dari return Agustus yang mencapai 0,74%. Begitu juga dengan reksa dana pendapatan tetap yang hanya menorehkan return -0,16% turun dari return Agustus yang sekitar 0,22%.
Vilia Wati, Analis PT Infovesta Utama mengatakan setelah mengalami perlambatan pada Agustus 2014 menjadi 0,67% dibandingkan dengan Juli yang mencapai 5,22%, return reksa dana saham terus merosot. Menurutnya, penurunan ini mengikuti acuan reksa dana saham, yakni indeks harga saham gabungan (IHSG) yang juga stagnan hanya naik 0,01%.
“Kinerja reksa dana saham turun karena aset dasarnya pergerakannya stagnan,” kata Vilia saat dihubungi Bisnis, Rabu (1/10/2014).
Menurutnya, terjadi beberapa kali koreksi pada pergerakan saham selama September 2014. Adapun, saat bursa saham agresif, reksa dana saham akan lebih agresif bahkan bisa berada di atas IHSG. Sementara, ketika terjadi koreksi, maka penurunan pada reksa dana saham akan lebih dalam. “Maka itu return pada September ini negatif,” tambahnya.
Adapun sejumlah sentimen yang diduga mempengaruhi pergerakan pasar saham selama periode September lalu a.l dari perkembangan politik dari adanya rencana kebijakan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014.
Selain itu, isu UU Pilkada yang baru disahkan oleh pemerintah juga memberikan pengaruh pada pergerakan saham. Vilia menilai, sentimen politik lebih banyak memberikan pengaruh dibandingkan dengan isu makro ekonomi pada September ini.
“Selama September, tidak ada data makro ekonomi yang mengalami perubahan signifikan atau mengejutkan. Inflasi sudah mulai melandai, kurs tidak berubah sehingga tidak ada yang dinilai mengejutkan investor.”
Adapun proyeksi return pada Oktober 2014, Vilia mengaku belum bisa memastikan seperti apa. Namun, pada Oktober ini akan terjadi peralihan pemerintahan dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ke pemerintahan Joko Widodo. Dalam peralihan tersebut, sebagian nasabah mengharapkan kabinet menteri akan diisi oleh orang-orang profesional.
“Tetapi kan kemarin dengan adanya UU Pilkada, mungkin nantinya ada ekspetasi berbeda. Namun saya belum bisa memprediksi,” jelasnya.