Bisnis.com, JAKARTA – PT Solusi Tunas Pratama Tbk. menaikkan nilai pinjaman kepada anak usaha, yakni PT BIT Teknologi Nusantara, menjadi Rp1,5 triliun dari sebelumnya Rp500 miliar.
Pinjaman tersebut akan digunakan BIT untuk menunjang kegiatan usahanya di bidang penyediaan, pengelolan, dan penyewaan infrastruktur telekomunikasi serat optik. Emiten penyewaan menara telekomunikasi berkode saham SUPR itu yakin pinjaman itu dapat mengoptimalkan sumber daya dan aset yang dimiliki BIT sehingga nantinya BIT dapat menghasilkan keuntungan maksimal.
Dalam keterbukaan informasi, Jumat, (26/9), direksi SUPR menyatakan perseroan dan BIT menandatangani perubahan atas perjanjian fasilitas pinjaman menjadi hingga Rp1,5 triliun pada 25 September 2014. Perubahan nilai pinjaman itu telah disetujui dewan komisaris perseroan pada 24 September 2014.
“Tidak ada tenor [pinjaman], pelunasan berdasarkan permintaan dari SUPR. Untuk bunga, sesuai cost of fund SUPR,” kata Sekretaris Perusahaan SUPR Juliawati Gunawan lewat pesan singkat kepada Bisnis, Jumat, malam (26/9/2014).
SUPR memiliki BIT secara tidak langsung. Rinciannya, SUPR memiliki 99,99% saham dalam PT Platinum Teknologi. Platinum mengantongi 99,97% saham dalam PT Gema Dwimitra Persada. Dan, Gema menggenggam 99,95% saham dari total modal dikeluarkan dan disetor dalam BIT. Sisa saham BIT, sebesar 0,05%, dipegang oleh Platinum Teknologi.
Sepanjang paruh pertama tahun ini SUPR mendulang pendapatan Rp511 miliar, naik 33,12% dari semester I/2013 sebesar Rp375,59 miliar. Pendapatan sewa menara base transceiver station terbesar berasal dari PT XL Axiata Tbk. (EXCL).
Adapun, laba bersih yang dikantongi pada semester I/2014 sebesar Rp84,19 miliar, merosot 13,62% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp97,46 miliar. Penurunan laba bersih disebabkan meningkatnya beban pokok pendapatan sebesar 18,9% dan naiknya beban keuangan sebesar 83,61%.
Berdasarkan catatan Bisnis, perseroan berencana membangun serat optik di beberapa kota besar seperti Medan, Jakarta dan Surabaya seiring meningkatnya kebutuhan akan layanan data.
Investasi pembangunan fiber optic dari SUPR ini mengeluarkan dana senilai Rp15 juta hingga Rp18 juta per kilometer, sedangkan pembangunan satu BTS menelan dana Rp1 miliar.