Bisnis.com, JAKARTA – PT First Media Tbk. berpotensi meraup dana sebesar Rp1,74 triliun dari hasil pelepasan 16% sahamnya di dalam PT Link Net Tbk. lewat mekanisme private placement.
Penyelenggara layanan broadband wireless access (BWA) berkode saham KBLV itu akan menjual minimum 16% dari saham yang ditempatkan dalam Link Net (LINK) atau 292,09 juta di harga Rp5.972 per saham.
Harga penjualan ini berdasarkan harga rerata dari harga tertinggi perdagangan harian sejak 2 Juni 2014 sampai 4 September 2014 atau selama 67 hari.
Perhitungan Bisnis, di harga jual Rp5.972 KBLV yang menginduk ke Grup Lippo itu berpotensi mengantongi Rp1,74 triliun.
Per akhir Juli 2014, KBLV menggenggam 1,25 miliar saham, setara dengan 41% saham dalam LINK.
Asia Link Dewa mengantongi 1,49 miliar saham dalam Link Net atau setara 49% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh, OCBC Securities Pte. Ltd. mengantongi 212,99 juta atau 7%, dan masyarakat memiliki 91,28 juta atau 3% saham.
Harianda Noerlan, Sekretaris Perusahaan First Media, mengatakan perseroan melepas kepemilikan sahamnya di LINK agar kian banyak saham LINK yang beredar sehingga perdagangan saham LINK lebih likuid.
Jumlah saham LINK yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 3,04 miliar.
Dari total itu, hanya 304,27 juta saham atau sekitar 10% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam LINK yang dimiliki masyarakat.
“Tujuan utama untuk melikuidkan saham LINK. Dampaknya nanti ke kami juga buat jangka panjang. Dampaknya bisa terasa pada akhir tahun depan,” kata Harianda kepada Bisnis, Senin, (8/9/2014).
Menurutnya, pihak yang menyerap pelepasan saham itu nantinya investor dari luar Indonesia.
Yang pasti, perseroan sudah bekerja sama dengan beberapa investment banking untuk mengatur penjualan sahamnya di LINK.
Harianda mengatakan tidak tertutup kemungkinan perseroan melepas lebih dari 16% sahamnya dalam LINK.
Pelepasan saham milik KBLV itu merupakan bagian dari rencana beberapa pemegang saham LINK untuk melepas maksimal 60% kepemilikan saham dalam LINK lewat private placement.
Selain KBLV, Asia Link Dewa Pte. Ltd. dan beberapa pemegang saham bakal melepas 1,82 miliar sahamnya dalam LINK.
Bila para pemegang saham berencana melepas 1,82 miliar saham, maka potensi dana yang dapat diraup pemegang saham penjual sebesar Rp12,79 triliun.
Perhitungan ini menggunakan asumsi harga saham LINK pada Senin, (8/9), senilai Rp7.025.
Asia Link Dewa (ALD) dimiliki oleh Asia Link Company Limited (ALC). ALC merupakan anak usaha dari Asia Link Holdings Limited (ALH). Induk ALH yakni CVC Capital Partner Asia Pacific III L.P. dan CVC Capital Partners Asia Pacific III Parallel-A L.P., persekutuan terbatas untuk investasi di Asia Pasifik yang bermarkas di Cayman Islands. Dia dikelola oleh CVC Capital Partners Asia III Limited.
Asia Link Company Limited (ALC) memegang 10 juta saham biasa sekaligus mengantongi 226,25 juta saham preferen dalam ALD.
Dua direktur ALD yakni Sigit Prasetya dan Fock Wai Hoong. Sigit saat ini menjabat komisaris di PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) sekaligus direktur di LINK.
Sigit juga menjabat managing partner di CVC Asia Pacific Limited dan anggota Komite Investasi Asia Pasifik CVC.
Adapun, Fock Wai Hoong saat ini menjabat direktur LPP serta managing director di CVC Asia Pacific Limited.
Pengembangan usaha
Harianda mengatakan dana perolehan private placement senilai Rp1,74 triliun akan digunakan perseroan untuk mengembangkan usaha dan melunasi pinjaman jangka pendek. Per Juni 2014, jumlah liabilitas jangka pendek sebesar Rp1,48 triliun.
KBLV memiliki pinjaman jangka pendek dari Bank Sinarmas Syariah sebesar Rp12 miliar yang jatuh tempo Desember 2014.
Nisbah bagi hasil dari pinjaman ini sebesar 10,15% untuk bank dan 89,95% untuk perseroan.
First Media juga mempunyai pinjaman senilai Rp45 miliar dari Bank Sinarmas yang jatuh tempo Februari 2015.
“Kami akan menggunakan dana tersebut untuk membangun LTE dan bayar utang. Dana private placement akan kami terima pada akhir tahun ini. Jadi, dana tersebut bisa kami pakai untuk belanja modal 2015,” tutur Harianda.
KBLV berencana menggelar teknologi 4G berbasis time division-long term evolution (TD-LTE) di frekuensi 2,3 GHz pada tahun ini.
Perkiraan Harianda, belanja modal 2015 lebih besar dari belanja modal 2014 sebesar US$100 juta.