Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja emiten perusahaan produsen kemasan, PT Champion Pacific Indonesia Tbk. diprediksi masih tertekan hingga akhir tahun lantaran ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Presiden Direktur Champion Pacific Indonesia Antonius Muhartoyo mengatakan sejak pertengahan tahun lalu kinerja perseroan tertekan lantaran ketidakstabilan nilai tukar rupiah yang berlanjut hingga saat ini. Selain itu, kenaikan tarif listrik yang berlaku sejak awal tahun secara bertahap hingga akhir tahun turut menambah beban perseroan.
”Listrik masih akan terus naik, belum lagi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Saya berharapnya nilai tukar bisa stabil,” kata Antonius ketika dihubungi Bisnis, Senin (25/8).
Sepanjang semester I/2014, perusahaan dengan kode emiten IGAR ini berhasil meraih pendapatan Rp367,13 miliar atau tumbuh 13,38% dibandingkan dengan perolehan sebelumnya sekitar Rp323,80 miliar. Beban pokok penjualan yang naik 14,92% menjadi Rp308,32 miliar dari perolehan Rp268,29 miliar membuat laba ikut tertekan.
Sepanjang enam bulan pertama ini, IGAR hanya mencatat laba Rp18,64 miliar atau naik tipis 1,74% dari perolehan sebelumnya yang sekitar Rp18,32 miliar.
Adapun sepanjang tahun lalu, akibat ketidakstabilan nilai tukar, laba bersih IGAR turun 29,97% atau menjadi Rp19,72 miliar dari perolehan 2012 yang senilai Rp27,37 miliar.
”Kami harapannya tetap naik tahun ini, paling tidak bisa 9% dibandingkan tahun lalu. Sekarang ini beban juga naik, ada sedikit kesulitan juga di bahan baku, kami banyak impor,” jelas dia.
Berdasarkan informasi yang diterima Bisnis dari Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (INAplas) hari ini, industri plastik hilir tengah terjepit lantaran langkanya pasokan bahan baku dari dalam negeri.
Adapun, untuk membeli bahan baku impor, harga tengah tidak mendukung lantaran ketdakstabilan nilai tukar rupiah.
”Sebagian berhenti beroperasi, di Jawa Tengah misalnya, ada. Ini karena ada salah satu fasilitas bahan baku yang tidak bisa beroperasi lagi,” kata Sekjen INAplas Fajar Budiyono kepada Bisnis.
Meskipun ada kenaikan beban penjualan akibat kesulitan bahan baku, kenaikan tarif listrik dan ketidakstabilan nilai tukar rupiah, IGAR belum memiliki rencana untuk menaikkan harga jual pada semester II/2014. ”Tidak semudah itu ya.”