Bisnis.com, JAKARTA— Gerak indeks harga saham gabungan (IHSG) dan rupiah yang melemah hari ini, Kamis (21/8/2014) dikaitkan dengam pembacaan putusan sidang gugatan pilpres.
“Kami mencoba membuat 2 skenario pergerakan pasar uang, pasar saham, dan pasar obligasi,” kata Sekretaris Umum Forum Komunikasi CSA (FK-CSA) Reza Priyambada dalam risetnya yang diterima siang ini, Kamis (21/8/2014).
Skenario I:
Jika diasumsikan pelaku pasar tidak akan terpengaruh dengan apapun hasil sidang MK, pelaku pasar akan lebih mencermati kondisi pasar saham global. Dengan demikian, IHSG akan berada pada posisi support 5.160—5.182 dan resisten 5.200—5.215. Rupiah ke 10.715—10.695. Pasar obligasi bergerak dalam rentang plus minus 5-10 bps.
Skenario II:
Jika pelaku pasar merespons hasil dari sidang tersebut, akan membuat pelaku pasar menahan diri dari keagresivitasnya dalam bertransaksi. IHSG akan berada lebih rendah dalam rentang support 5.125—5.138 dan resisten 5.185—5.196 dengan kecenderungan melemah. Laju rupiah di kisaran 10.725—10.690 dan pasar obligasi berada di rentang -10 hingga -15 bps.
“Kami menilai dapat terjadi apapun hasil dari sidang MK,” ujar Reza.
Asumsinya, tambah dia, jika sidang gugatan MK diterima, maka MK dapat menghasilkan keputusan Pilpres diulang atau menganulir keputusan KPU sebelumnya yang memenangkan pasangan Jokowi-JK. Atau menetapkan pasangan Prabowo-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden yang sah.
Imbasnya, ujarnya, kondisi pasar akan cenderung melemah karena pelaku pasar akan bersikap wait & see karena menunggu langkah selanjutnya.
Sebaliknya, jika sidang gugatan tersebut ditolak, MK maka kondisi pasar pun juga kurang lebih akan cenderung mengalami pelemahan. Bahkan mungkin akan lebih dalam, karena khawatir akan terjadi kerusuhan dari pihak demonstran.
“Jadi apapun hasil dari sidang MK yang berjalan dalam waktu panjang, sudah pasti akan membuat kondisi pasar terpengaruh dan cenderung melemah, karena munculnya ketidakpastian baru,” ujar Reza.
Dia mengatakan pelaku pasar pun yang telah mendapatkan gain sebelumnya akan cenderung untuk profit taking, dan bukan tidak mungkin mereka akan melakukan bersih-bersih barang.
“Kami berharap sentimen ini sesaat, sehingga ketika terjadi pelemahan dapat dimanfaatkan untuk buy on weakness. Terutama pada saham big caps yang sudah pasti banyak terkena aksi jual. Untuk sementara ini, kami melihat pada saham second liner dengan strategi trading jangka pendek,” kata Reza.
Baca juga: