Bisnis.com, JAKARTA – Sepekan setelah libur Idul\fitri, pergerakan pasar cukup mengecewakan, padahal harapan investor pasar akan menguat karena berlangsungnya pilpres dan tahapan setelahnya dengan lancar.
Analis juga meyakini pertumbuhan ekonomi ke depan. Namun mengapa pasar berkonsolidasi?
Menurut KDB Daewoo Securities Indonesia, peristiwa kondisi geopolitik kembali ke jalurnya. Investor bereaksi terhadap ketidakpastian dengan mengurangi asset beresiko termasuk saham di Indonesia.
“Ini adalah fakta yang membuat panas situasi,” jelas tim riset KDB Daewoo Securities melalui risetnya, Senin (11/8/2014).
Beberapa fakta tersebut, di antara, pertama, pejabat Nato mengatakan Rusia telah mengirim 20 ribu pasukan dekat dengan perbatasan Ukraina yang menyebabkan kekuatiran Rusia akan menyerang Ukraina.
Kedua, Obama memberikan otorisasi untuk menyerang ISIS di irak utara dengan pesawat tempurnya, dan ketiga, ketidakstabilan di Libya dan berakhirnya gancatan senjata di Gaza.
“Namun, ini hanya masalah sentimen. Kami melihat pengaruh langsung yang terbatas dan menyarankan investor untuk membeli saham yang mempunyai pertumbuhan dan fundamental baik ketika terjadi koreksi.”
Menurut dia, risiko geopolitik hanya sedikit berpengaruh terhadap Indeks.
Selanjutnya, data ekonomi yang keluar cukup mengecewakan. Walaupun Inflasi Juli naik 4,5% yoy dan PMI (52,7) cukup menggembirakan, tetapi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua 2014 yang melambat menjadi 5,12% dan neraca perdagangan June yang defisit US$305 juta cukup mengecewakan.
“Data yang lalu kurang relevan, lebih baik melihat data kedepan. Indikator ekonomi mengukur ekonomi disatu waktu, tetapi kami percaya potensi kedepan lebih berguna.”
Melihat kembali ekonomi inodnesia yang mulai melambat pada kuartal ketiga 2013 yang akan memberikan dasar yang baik untuk kuartal ketiga 2014, dengan persiapan pemerintahan baru, ekonomi diyakini akan mulai berjalan dengan baik.