JAKARTA—PT Lippo Karawaci Tbk membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 34% dalam semester I/2014, dari Rp3,06 triliun menjadi Rp4,1 triliun.
Dalam keterangan resmi perseroan, Jumat (25/7), emiten properti tersebut mengklaim ini merupakan pertama kalinya diraih perseroan hanya dalam periode 6 bulan. Pencapaian itu mengerek laba bersih sebesar 23% selama paruh pertama 2014, menjadi Rp673 miliar. Adapun EBITDA naik 33% ke angka Rp1,2 triliun.
Kontribusi terbesar berasal dari divisi healthcare yang tumbuh 31% secara year on year, menjadi Rp1,56 triliun. Kenaikan disebabkan bertumbuhnya pendapatan tiga rumah sakit berkembang sebesar 18%, serta sepuluh rumah sakit baru yang menyumbangkan pendapatan Rp472 miliar.
Divisi bisnis urban development menunjukkan penguatan kinerja sekitar 31% pada paruh kedua 2014, dari Rp857 miliar menjadi Rp1,12 triliun. Pertumbuhan dipicu melonjaknya pendapatan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) di angka 56%, ke posisi Rp755 miliar.
Kinerja lini large scale integrated development meroket 72% ke angka Rp798 miliar. Hal ini didorong pemasukan dari proyek Kemang Village dan St.Moritz, masing-masing menyumbangkan Rp433 miliar dan Rp363 miliar.
Emiten berkode LPKR ini menyatakan proyek-proyek semacam ini memiliki peluang yang sangat besar untuk bertumbuh, terkerek berkembangnya gaya hidup tinggal di gedung bertingkat.
Dari divisi komersial, yang terdiri dari mal, ritel, serta hotel, tercatat kenaikan 12% ke posisi Rp299 miliar. Pendapatan berulang perseroan tercatat bertambah sebesar 25% menjadi Rp2,19 triliun. Jumlah ini berkontribusi 53% terhadap pendapatan selama semester I/2014.
Sementara, lini manajemen aset menyumbangkan Rp324 miliar, tumbuh 16% dari semester I/2013. Per 30 Juni, LPKR memunyai kapitalisasi pasar sebesar Rp22 triliun.
Presiden Direktur LPKR Ketut Budi Wijaya menuturkan pihaknya bakal melanjutkan proyek-proyek di segmen menengah atas pada paruh kedua 2014. “Kenaikan harga cenderung melambat, tapi dengan bisnis model yang solid LPKR mampu mengatasinya,” ujarnya.
Ketut melanjutkan persaingan di sektor ritel akan semakin ketat, terutama dalam mendapatkan lokasi yang strategis di Jakarta. Hal ini dinilai akan menguntungkan daerah sekitar ibukota, seperti Karawaci dan Cikarang, yang masuk dalam wilayah Tangerang, Banten. (AMA).