Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan diprediksi masih bisa bertahan di atas level 5.000 meski akhir pekan lalu sempat mengalami pelemahan 65,41 basis poin.
Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe berpendapat indeks memiliki potensi naik kembali, kendati terbatas. Aksi profit taking yang dilakukan sebagian investor pada perdagangan Jumat (11/7/2014) pun dinilai tidak akan berlangsung lagi.
“Menunggu pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli,” ujar Kiswoyo kepada Bisnis, Minggu (13/7/2014). Dia memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) bakal berada di level support 5.000 dan resisten di 5.200.
Sementara, hingga ada hasil resmi Pemilu dari KPU, indeks masih akan mengalami gejolak naik turun. Kiswoyo melanjutkan aksi ambil untung akhir pekan lalu murni dilatarbelakangi kenaikan indeks yang terlalu tinggi beberapa hari sebelumnya.
Seperti diketahui, pada Senin (7/7/2014) indeks ditutup menguat 1,7% ke 4.898,03. Sementara, Selasa (8/7/2014) IHSG menembus level 5.000 dan berakhir di 5.024,71 atau naik 0,71%.
Indeks kembali terdongkrak ke level 5.098,01 pada Kamis (10/7/2014), atau naik 1,46% dari hari sebelumnya. Sayangnya, pada perdagangan Jumat (11/7/2014) indeks justru turun 1,28% ke level 5.032,6.
Indeks utama lain juga terkoreksi, seperti LQ45 yang turun 1,65%, IDX30 melemah 1,6%. Adapun Bisnis-27 mengalami penurunan 1,51%.
Terkait sektor, konsumer masih dianggap paling menarik terutama menjelang Lebaran. Pada penutupan IHSG akhir pekan lalu, seluruh sektor menunjukkan pelemahan yang dipimpin oleh aneka industri dengan 2,97%. Diikuti oleh pertambangan yang turun 1,9% dan konsumer 1,88%.
Sektor properti yang sempat menikmati kenaikan di beberapa hari sebelumnya dalam perdagangan kemarin anjlok 1,83%. Disusul manufaktur yang turun 1,76%, agribisnis 1,45%, perdagangan dan jasa 1,32%, finansial 0,84%, infrastruktur 0,49%, dan aneka industri 0,33%.
Analis PT Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga berpendapat IHSG akan berada di kisaran 4.950-5.100. Dia menyebut profit taking pekan lalu lebih banyak dilakukan investor domestik.
“Turunnya tidak besar. Kalau asing tetap masuk, indeks masih akan positif,” tegas Desmon.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (11/7/2014), investor asing justru mencatatkan net buy sebesar Rp2,93 triliun. Sementara, di sisi investor domestik justru terlihat net sell dengan jumlah yang sama.
Dia menyinggung sentimen politik saat ini cukup yang mendukung IHSG. Desmon menambahkan waktu yang mesti diperhatikan selanjutnya adalah Oktober ketika Federal Reserve, bank sentral AS, kemungkinan mengakhiri quantitative easing mereka.