Bisnis.com, JAKARTA - PT Cipaganti Citra Graha Tbk. (CPGT) berencana melakukan spin-off atau pemisahan terhadap divisi penyewaan alat berat di bawah anak usaha PT Cipaganti Heavy Equipment yang akhir-akhir ini memiliki kinerja buruk seiring dengan melemahnya industri pertambangan.
Pelemahan kinerja tersebut terlihat dari menurunnya pendapatan perseroan di sepanjang tiga bulan pertama di 2014. Cipaganti mencatatkan pelemahan pendapatan 14% menjadi Rp138,73 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp161,81 miliar.
“Menurunnya penyewaan alat berat karena perusahaan-perusahaan tambang yang melemah menyumbang pengaruh signifikan terhadap pendapatan perseroan,” ujar Direktur Keuangan Cipaganti Robertus Setiawan Leonardi saat konferensi pers acara Institutional Investor Day di Jakarta, Rabu (7/5/2014).
Untuk itu, perseroan berencana melakukan pemisahan lini usaha tersebut sebagai salah satu upaya memperbaiki kinerja perseroan dengan fokus terhadap bisnis transportasi darat. Rencana tersebut tengah dikaji lebih dalam oleh manajemen perseroan dan dijadwalkan akan diajukan ke otoritas bursa pada kuartal II/2014.
“Masih banyak hal yang diperlukan untuk melakukan rencana spin-off ini sehingga nilainya belum bisa kami sebutkan. Tapi kami yakin rencana ini akan memberikan efek yang baik bagi pemegang saham,” paparnya.
Hingga akhir 2013, divisi alat berat menyumbang Rp110,75 miliar atau sekitar 17,3% dari total pendapatan perseroan sebanyak Rp646,22 miliar. Jumlah tersebut menurun 26,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak Rp150,71 miliar yang berkontribusi sebanyak 23,57% terhadap pendapatan perseroan.
Jika rencana pemisahan tersebut terealisasi, bisnis penyewaan alat berat tersebut akan tetap dipertahankan dalam grup Cipaganti dan tetap dikembangkan dengan menggandeng investor strategis untuk masuk dalam pembiayaan.
Meskipun tidak menjelaskan secara gamblang siapa investor yang dimaksud, Robert mengatakan ada satu investor asing yaitu perusahaan alat berat di Asia yang telah serius menjajaki kerja sama tersebut.
“Rencana ini harus dikaji lebih dalam, karena divisi alat berat memiliki porsi aset yang besar dalam perseroan,” katanya.
Dengan lepasnya divisi alat berat tersebut, perseroan memproyeksikan pertumbuhan pendapatan konservatif sebesar 10% di tahun ini jika sampai akhir tahun belum menemukan bisnis penggantinya.