Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi penguatan rupiah atas dolar Amerika Serikat masih akan sulit untuk terus turun menembus ke bawah 12.000.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengemukakan sentimen positif, khususnya bagi pasar keuangan negara berkembang, memang masih akan berlangsung.
“Di pasar domestik, penguatan rupiah menolak untuk terus turun menembus ke bawah 12.000,” kata Rangga dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (10/2/2014).
Dia mengatakan kurs rupiah NDF tenor 1bulan masih berada di kisaran Rp12.067 per dolar AS, walaupun yield SUN mampu turun hingga 9,038%.
“Walaupun sentimen positif masih akan berlangsung, isu mengenai pengetatan di pasar uang China dan shadow banking berpeluang muncul lagi minggu ini,” kata Rangga.
Dia mengemukakan pada Selasa (11/2/2014) dan Kamis (13/2/2014), yang penting untuk ditunggu adalah pidato Gubernur banks sentral AS the Federal Reserve Jenet Yellen mengenai kebijakan moneter.
Gambaran visi Yellen tersebut, ujarnya, sangat penting untuk memperkirakan seberapa agresif kemungkinan pengurangan stimulus (tapering) dilakukan ke depannya.
Sementara itu walaupun tingkat pengangguran AS turun ke 6,6%, angka non-farm payrolls yang lebih rendah dari perkiraan pasar, mendorong penguatan indeks S&P 500 dan pelemahan Dollar Index. Yield US Treasury juga turun 1.74 bps ke 2,683% pada Sabtu dini hari.