Bisnis.com, JAKARTA - Larangan ekspor bijih mineral dari Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar dunia akan menguntungkan perushaan tambang negara tetangga terutama Filipina yang diprediksi akan mengalami lonjakan penjualan.
Sementara itu, saham Nickel Asia Corp. menguat ke level tertinggi dalam perdagangan sesi satu selama dua bulan.
Larangan itu positif karena permintaan dan harga suplai nikel Filipina akan meningkat, menurut Emmanuel Samson, chief financial officer pada Nickel Asia.
Perusahaan yang berbasis di Taguig City tersebut menguasai sepertiga produk nikel Filipina, ujar Samson lewat telepon sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (13/1/2014).
“Jika mereka (Indonesia) melakukan itu maka akan sangat mudah bagi kami untuk meningkatkan produksi,” ujar Samson.
Dia menambahkan bahwa pihaknya berpikir peningkatan harga belum akan terjadi hingga cadangan nikel menurun.
Kontrak nikel olahan naik 2,4% menjadi US$14.190 per ton hari ini di bursa London Metal Exchange atau yang tertinggi dalam dua pekan akibat kekhawatiran suplai akan berkurang.