Bisnis.com, JAKARTA— PT Monex Investindo Futures mengemukakan adanya kekhawatiran investor terkait potensi kebijakan pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve yang dapat mempengaruhi harga minyak dunia.
Analis dan Periset PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan kekhawatiran tersebut meningkat apalagi kebijakan keinginan pengurangan stimulus (tapering off) menjadi lebih agresif setelah publikasi Federal Open Market Committee (FOMC).
“Investor juga khawatir dengan potensi kebijakan tapering Fed yang lebih agresif pasca publikasi FOMC meeting minutes. dapat menjadi sentimen negatif untuk minyak,” kata Zulfirman dalam risetnya, Kamis (9/1/2014).
Zulfirman mengemukakan pada grafik harian, indikator Stochastic yang berada di area oversold dapat menyediakan kesempatan naik pasca tajamnya kejatuhan sejak akhir tahun 2013.
Namun, kenaikan masih bersifat koreksi dan mungkin terbatas hingga MA 50 (US$95,60). Sentimen masih bearish seiring minyak masih diperdagangkan di bawah MA (moving average) 50-100-200 dan turunnya indikator MACD.
“Waspadai level penutupan harian di bawah support 91,70 karena dapat memicu kejatuhan yang lebih dalam. Kegagalan mengatasi support tersebut dapat memicu aksi bargain hunting,” kata Zulfirman.
Dikemukakan outlook minyak masih bearish. Posisi short lebih sesuai dengan stop-loss US$95,75.
Resisten berada di US$94,15 dan US$$95,65 (harga tertinggi 8 Januari dan MA 50). Support di US$91,70 dan US$90,10 (harga terendah 27 November dan 1 Mei) merupakan support.
Perkiraan pergerakan CPO (US$):
- Resisten: 94,15, 95,65, 97
- Support: 91,70, 90, 87,65