Bisnis.com, JAKARTA - Mengingat pasar obligasi yang masih dipenuhi ketidakpastian menjelang pemilu 2014, obligasi bertenor pendek diyakini dapat menjadi pilihan karena memiliki risiko yang lebih kecil.
Herbie Perdana Mohede, Bond Fund Manager PT Samuel Aset Manajemen, menjelaskan data historis memperlihatkan pergerakan imbal hasil SUN lebih banyak diterangkan oleh pergerakan imbal hasil obligasi AS daripada pergerakan inflasi di Tanah Air.
Pengaruh pergerakan inflasi lebih kuat pada imbal hasil obligasi bertenor pendek 1 tahun 4 tahun, sedangkan pengaruh pergerakan imbal hasil obligasi AS lebih kuat pengaruhnya pada pergerakan imbal hasil SUN bertenor medium 5 tahun 7 tahun dan panjang yakni 8-30 tahun.
Menurutnya, risiko kenaikan imbal hasil obligasi AS saat ini cenderung minim atau paling tidak jika meningkat hanya akan menuju ke level 3%. Menurut data Bloomberg, imbal hasil US Treasury saat ini berada di level 2,88%.
Selama periode tersebut, lanjutnya, investasi di obligasi dapat dilakukan pada tenor pendek 1 tahun – 4 tahun. Selain itu, investasi di obligasi korporasi akan lebih menguntungkan karena menawarkan kupon lebih tinggi dibanding SUN.
Strategi lainnya adalah melakukan trading pada obligasi tenor medium 5 tahun 7 tahun untuk menambah return dibandingkan dengan bertenor panjang yang lebih berisiko.